Ada satu hadits yang menjelaskan sunnahnya mengucapkan "jazakallahu khairan", dari Usamah bin Zaid radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang diberikan satu perbuatan kebaikan kepadanya lalu dia membalasnya dengan mengatakan : jazaakallahu khairån (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan), maka sungguh hal itu telah mencukupi dalam menyatakan rasa syukurnya.”
(HR.At-Tirmidzi (2035), An-Nasaai dalam Al-kubra (6/53), Al-Maqdisi dalam Al-mukhtarah: 4/1321, Ibnu Hibban: 3413, Al-Bazzar dalam musnadnya:7/54. Hadits ini dishahihkan Al-Albani dalam shahih Tirmidzi)
Beberapa fawaid hadits:
- Salah satu cara kita mensyukuri kebaikan seseorang kepada kita adalah mendoakan kebaikan untuknya.
- Ucapan "Jazaakallåhu khåirån" telah mencukupi rasa syukur.
- Maka yang kita ucapkan adalah JAZAAKALLÅHU KHÅIRÅN, bukan hanya "jazaakallåh" saja karena jika hanya jazaakallåh (semoga Allåh membalasmu) saja, maka balasan seperti apa? maka alangkah baiknya, kita mengikuti sunnah dan mengucapkannya secara keseluruhan, yakni mengucapkan "jazaakallåhu khåirån". maka dengan ini pula, alangkah baiknya kita menjauhi dari penambahan-penambahan, seperti menambahnya "katsirån" dibelakangnya. kalaulah penambahan katsiran itu kebaikan, tentulah dalam hadits diatas telah dijelaskan tambahannya. wallåhu a'lam.
Tata cara mengucapkan do'a ini
- Jika kita mengucapkannya kepada pria secara langsung, maka kita ucapkan:
"jazaa-KA-llåhu khåirån" atau "baaråkallåhu fiy-KA"
- Jika kita mengucapkannya kepada wanita secara langsung, maka kita ucapkan:
"jazaa-KI-llaahu khåirån" atau "baaråkallåhu fiy-KI"
- Jika kita mengucapkanya kepada dua orang secara langsung (kedua-duanya pria, atau salah satu dari mereka pria), maka kita ucapkan:
"jazaa-KUMA-llåhu khåirån" atau "baaråkallåhu fiy-KUMAA"
- Jika kita mengucapkannya kepada tiga orang atau lebih (atau kepada seseorang yang terhormat), maka kita ucapkan:
"jazaa-KUMU-llåhu khåirån" atau "baaråkallåhu fiy-KUM
- Jika kita mengucapkannya untuk seorang pria secara tidak langsung, maka kita ucapkan:
"jazaa-HU-llåhu khåyrån" atau "baaråkallåhu fiy-HI"
- Jika kita mengucapkannya untuk seorang wanita secara tidak langsung, maka kita ucapkan:
"jazaa-HA-llåhu khåyrån" atau "baaråkallåhu fiy-HA"
- Jika kita mengucapkannya untuk dua orang pria atau dua orang wanita atau dua orang yang terdiri pria dan wanita, secara tidak langsung:
"jazaa-HUMA-llåhu khåyrån atau "baaråkallåhu fiy-HIMAA"
- Jika kita mengucapkannya untuk 3 orang atau lebih, secara tidak langsung:
"jazaa-HUMU-llåhu khåyrån" atau "baaråkallåhu fiy-HIM"
Mengenai "Baaråkallåhu fiyk"
Apabila ada seseorang yang telah mengucapkan do'a "Baarakallahu fiikum atau Baarakallahu fiika" kepada kita, maka kita menjawabnya: "Wafiika barakallah" (Semoga Allah juga melimpahkan berkah kepadamu)
(Lihat Ibnu Sunni hal. 138, no. 278, lihat Al-Waabilush Shayyib Ibnil Qayyim, hal. 304. Tahqiq Muhammad Uyun)
Banyak orang yang sering mengucapkan "waiyyak (dan kepadamu juga)" atau “waiyyakum (dan kepada kalian juga)” ketika telah dido'akan atau mendapat kebaikan dari seseorang.
Apakah ada sunnahnya mengucapkan seperti ini? Lalu bagaimanakah ucapan yang sebenarnya ketika seseorang telah mendapat kebaikan dari orang lain misalnya ucapan "jazakallah khair atau barakalahu fiikum"?
Berikut fatwa Ulama yang berkaitan dengan "Jazaakallåhu khåirån"
Asy Syaikh Ahmad bin Yahya An Najmi
Beliau ditanya:
Apa hukumnya mengucapkan, “Syukran (terimakasih)” bagi seseorang yang telah berbuat baik kepada kita?
Beliau menjawab:
Yang melakukan hal tersebut sudah meninggalkan perkara yang lebih utama, yaitu mengatakan, “Jazaakallahu khairan (semoga ALLAH membalas kebaikanmu.” Dan pada Allah-lah terdapat kemenangan.
Asy Syaikh Muhammad 'Umar Baazmool
Beliau ditanya:
Beberapa orang sering mengatakan "Amiin, waiyyaak" (yang artinya "Amiin, dan kepadamu juga") setelah seseorang mengucapkan "Jazakallahu khairan" (yang berarti "semoga ALLAH membalas kebaikanmu"). Apakah merupakan suatu keharusan untuk membalas dengan perkataan ini setiap saat?
Beliau menjawab:
Ada banyak riwayat dari sahabat dan dari Rasulullah shallahu 'alaihi wasallam, dan ada riwayat yang menjelaskan tindakan ulama. Dalam riwayat mereka yang mengatakan "Jazakalahu khairan," tidak ada yang menyebutkan bahwa mereka secara khusus membalas dengan perkataan "wa iyyaakum."
Karena ini, mereka yang berpegang pada perkataan "wa iyyaakum," setelah doa apapun, dan tidak berkata "Jazakallahu khairan," mereka telah jatuh ke dalam suatu yang baru yang telah ditambahkan (untuk agama).
Al-Allamah Asy-Syaikh Al-Muhaddits Abdul Muhsin Al-Abbad
Beliau ditanya:
Apakah ada dalil bahwa ketika membalasnya dengan mengucapkan “wa iyyakum” (dan kepadamu juga)?
Beliau menjawab:
“Tidak ada dalilnya, sepantasnya dia juga mengatakan “jazakallahu khair” (semoga Allah membalasmu kebaikan pula), yaitu dido'akan sebagaimana dia berdo’a, meskipun perkataan seperti “wa iyyakum” sebagai athaf (mengikuti) ucapan “jazaakum”, yaitu ucapan “wa iyyakum” bermakna “sebagaimana kami mendapat kebaikan, juga kalian” ,namun jika dia mengatakan “jazakalallahu khair” dan menyebut do’a tersebut secara nash, tidak diragukan lagi bahwa hal ini lebih utama dan lebih afdhal.”
---
Beliau ditanya:
sebagian ikhwan ada yang menambah pada ucapannya dengan mengatakan "jazakallah khaeran wa zawwajaka bikran" (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan dan menikahkanmu dengan seorang perawan), dan yang semisalnya. Bukankah tambahan ini merupakan penambahan dari sabda Rasul shallallahu alaihi wasallam, dimana beliau mengatakan "sungguh dia telah mencukupi dalam menyatakan rasa syukurnya.?
Beliau menjawab:
Tidak perlu (penambahan) doa seperti ini, sebab boleh jadi (orang yang didoakan) tidak menginginkan do'a yang disebut ini. Boleh jadi orang yang dido'akan dengan do'a ini tidak menghendakinya. Seseorang mendoakan kebaikan, dan setiap kebaikan sudah mencakup dalam keumuman doa ini.
Namun jika seseorang menyebutkan do'a ini, bukan berarti bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam melarang untuk menambah dari do'a tersebut. Namun beliau hanya mengabarkan bahwa ucapan ini telah mencukupi dalam menyatakan rasa syukurnya.
Namun seandainya jia dia mendoakan dan berkata: “jazakallahu khaer wabarakallahu fiik wa ‘awwadhaka khaeran” (semoga Allah membalas kebaikanmu dan senantiasa memberkahimu dan menggantimu dengan kebaikan pula” maka hal ini tidak mengapa.
Sebab Rasul Shallallahu alaihi wasallam tidak melarang adanya tambahan do’a. Namun tambahan do’a yang mungkin saja tidak pada tempatnya, boleh jadi yang dido’akan dengan do’a tersebut tidak menghendaki apa yang disebut dalam do’a itu.
---
Beliau ditanya:
Ada sebagian orang berkata: ada sebagian pula yang menambah tatkala berdo’a dengan mengatakan : jazaakallahu alfa khaer” (semoga Allah membalasmu dengan seribu kebaikan” ?
Beliau menjawab:
“Demi Allah, kebaikan itu tidak ada batasnya, sedangkan kata seribu itu terbatas, sementara kebaikan tidak ada batasnya. Ini seperti ungkapan sebagian orang “beribu-ribu terima kasih”, seperti ungkapan mereka ini. Namun ungkapan yang disebutkan dalam hadits ini bersifat umum.”
(transkrip dari kaset: durus syarah sunan At-Tirmidzi,oleh Al-Allamah Abdul Muhsin Al-Abbad hafidzahullah, kitab Al-Birr wa Ash-Shilah, nomor hadits: 222)
Kesimpulan
Ucapan "Waiyyak" secara harfiah artinya "dan kepadamu juga". Ini adalah do'a `yang walaupun ulama kita tidak menemukan itu sebagai sunnah. Maka tidak boleh kita menganggap ini sebagai 'sunnah' dalam menjawab ucapan 'jazaakallåhu khåirån'.
Dalam kasus manapun, namun tidak ada ulama yang melarang berdo'a dengan selain ucapan "Jazakumullah khairan" dengan syarat tidak boleh menganggapnya merupakan bagian dari sunnah. Namun untuk lebih afdholnya kita ucapkan saja "jazakallah khairån" untuk menjawabnya, inilah sunnahnya.
Ada satu kaidah ushul fiqih yang dengan ini mudah-mudahan kita bisa terhindar dari bid'ah dan kesalahan-kesalahan dalam beramal atau beribadah.
Al-Imam Al-Bukhari (dalam kitab Al-Ilmu) beliau berkata, "Ilmu itu sebelum berkata dan beramal".
Perkataan ini merupakan kesimpulan yang beliau ambil dari firman Allah ta’ala:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ
“Maka ilmui-lah (ketahuilah)! Bahwasanya tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu” (QS. Muhammad: 19).
Dari ayat yang mulia ini, Allah ta’ala memulai dengan ilmu sebelum seseorang mengucapkan syahadat, padahal syahadat adalah perkara pertama yang dilakukan seorang muslim ketika ia ingin menjadi seorang muslim, akan tetapi Allah mendahului syahadat tersebut dengan ilmu, hendaknya kita berilmu dahulu sebelum mengucapkan syahadat, kalau pada kalimat syahadat saja Allah berfirman seperti ini maka bagaimana dengan amalan lainnya? Tentunya lebih pantas lagi kita berilmu baru kemudian mengamalkannya. Kita tidak boleh asal ikut-ikutan orang lain tanpa dasar ilmu, seseorang sebelum berbuat sesuatu harus mengetahui dengan benar dalil-dalilnya.
Sumber: achfan.multiply.com/review
Tidak ada komentar:
Posting Komentar