Jumat, 29 Januari 2010

Bila Ada Yang Menyatakan Bahwa Demokrasi Itu Merupakan Khilafiyah, Maka...


Jawaban Untuk Masalah Demokrasi Yang Dianggap Khilafiyah





Bismillaahirrohmanirrohiim.

Laa haula wa laa quwwata illa billaah...
Saudara-saudariku yang semoga dirahmati oleh Allah : Afwan, dimanakah letak khilafiyahnya bila segala sesuatunya sudah sangat jelas dan Allah subhanahu wa ta'ala pun berfirman:

"Apabila dikatakan kepada mereka : "Marilah kamu kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi dengan sekuat-kuatnya dari kamu." (QS.4:61).

Lalu siapakah orang-orang MUNAFIK yang dimaksud-Nya itu?

Maka dalam hal ini Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

Ya ayyuhal-laziina amanu lima taqulu ma la taf’alun. Kabura maqtam ‘indallahi an taqulu ma la taf’alun.”---yang artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS.61: 2-3).

MasyaAllah...TIDAK mengerjakan sesuatu yang dikatakan saja, Allah sudah membencinya. Bagaimana jika sesuatu itu adalah yang dimurkai-Nya? DIA-pun berfirman:

"La ikraha fid-din, qat tabayyanar-rusydu minal-gayy, fa may yakfur bit-taguti wa yu'mim billahi fa qadistamsaka bil'urwatil-wusqa lanfisama laha, wallahu sami'un 'alim."---yang artinya :
"Tidak ada paksaan untuk agama ; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS.2:256).

Maka jelas bukan bahwa mencampur-aduk antara sesuatu yang haq dengan bathil atau sebaliknya, bukanlah merupakan perintah-Nya. Melainkan sekadar sesuatu yang engkau ada-ada-kan atau sangka-kan saja. Bukankah perintah-Nya adalah "Innama kana qaulal-mu’minuna-iza du’u ilallahi wa rasulihi li yahkuma bainahum ay yaqulu sami’na wa ata’na, wa ula’ika humul-muflihun."---yang artinya: "Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS.24: 51).

Tidakkah engkau ingin masuk kedalam kelompok hamba-hamba Allah yang seperti demikian? Apakah engkau juga melupakan peringatan yang pernah di sampaikan oleh Baginda Rasulullaah Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam?

"Akan datang kepada kalian masa yang penuh dengan tipudaya; ketika orang-orang akan mempercayai kebohongan dan mendustakan kebenaran. Mereka mempercayai para pengkhianat dan tidak mempercayai para pembawa kebenaran. Pada masa itu, ruwaibidhah akan berbicara. Mereka bertanya, Apakah itu ruwaibidhah? ; Rasulullah berkata, Ruwaibidhah adalah orang-orang bodoh (yang berbicara) tentang urusan umat. (HR Ibnu Majah dari Abu Hurairah ra.)

Begitu juga sabda Beliau saw. yang mengatakan bahwa "Seorang mukmin itu tidak akan sudi JATUH untuk kedua-kalinya pada lubang yang sama?"

Apabila engkau berkenan memahami pesan amar makruf nahi mungkar yang kami sampaikan selama ini, SEPAHIT apapun itu, cobalah engkau renungkan juga ayat-ayat-Nya berikut ini, insyaAllah...

"Dan orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa seperti peristiwa kehancuran golongan yang bersekutu." (QS.40:30)

"Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepada mereka bergembira dengan kitab yang diturunkan kepadamu, dan di antara golongan-golongan yang bersekutu, ada yang mengingkari sebahagiannya. Katakanlah "Sesungguhnya aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Dia. Hanya kepada-Nya aku seru dan hanya kepada-Nya aku kembali"." (QS.13:36)

"Dan tatkala orang-orang mu'min melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata : "Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita". Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan." (QS.33:22)

"Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik." (QS.15:94)

"Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Qur'an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan , maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya , tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam," (QS.4:140)

"Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa , maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat." (QS.6:68).

Yaa Allah yaa Hakiim...
Sungguh tiada daya dan upaya kami selain berserah diri pada kehendak-Mu. Yaa Allaah... buka-kan-lah hati kami yang mungkin sedang terlena dan lalai dalam menunaikan perintah-Mu. Sesungguhnya rahmat dan hidayah-Mu-lah yang kami mohonkan yaa Allaah...

Allahumma laa sahla illaa maa ja’altahuu sahlaa, wa anta taj’alul huzna idzaa syi’ta sahlaa.
(Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah. Dan Engkau membuat kesedihan menjadi kemudahan jika Engkau menghendaki).



Billahi taufik wal hidayah,
Wassalamua'laikum wr.wb.
Nchie Dive,---



Jawaban Untuk Akhi Adhitya Saudara Kami (http://dj2islam.multiply.com/journal/item/295)

PERTANYAAN :

Assalammu`alaykum wr.wb
saya hanya ingin bertanya dan meminta pendapat teman2 dari dj2islam. Apabila semua ummat muslim di Indonesia yang bercita-cita menegakkan syariat Islam di negara ini melakukan golput, maka saya membayangkan bahwa dalam pemilu yang sebentar lagi akan dilaksanakan ini, akan terpilih pemimpin-pemimpin berpaham sekuler atau bahkan pemimpin kafir. Nah, seandainya hal itu yang benar-benar terjadi (semoga saja tidak), maka apa yang harus kita lakukan? Apakah teman-teman di dj2islam memiliki solusi konkrit, bukan sekedar wacana, apa yang harus dilakukan seandainya hal tersebut benar2 terjadi. Klo ada, tolong jelaskan kepada saya.

Jujur, pertanyaan saya ini bukan bermaksud memancing perdebatan konyol yang bertema "nyontreng v.s golput", bukan! tujuan saya bukan itu. Saya murni ingin tahu apa yang harus saya lakukan pada tanggal 9 April nanti. Karena sejujurnya dapat saya katakan bahwa saya masih sangat awam dalam ilmu Islam, jadi saya belum mengerti "keuntungan" apa yang akan Islam dapatkan dengan melakukan golput.

Saya mohon maaf apabila pertanyaan yang saya ajukan terlihat sangat "dangkal" dan tidak berbobot, hal ini murni karena ketidaktahuan saya. Oleh karena itu saya berharap teman2 di dj2Islam bersedia menjawab pertanyaan saya. Terima kasih



INSYAALLAH JAWABAN :

Waa'laikumsalam wr.wb.

Akhi Adhitya saudara kami rahima kumullah,
sesungguhnya pertanyaan yang akhi sampaikan itu merupakan sesuatu yang cerdas dan bijaksana. Artinya akhi tidak meng-counter tulisan kami itu dengan pendapat yang terkesan membela diri, namun akhi pun tidak menerimanya begitu saja. Semoga dengan begitu kita masih berkomunikasi dalam konten yang berkesesuaian...

InsyaAllah saya akan menjawabnya lewat suatu presentasi maupun dalam bentuk meng-analogi-kan-nya. Semoga Allah subhanahu wa ta'ala membimbing kita kepada sesuatu yang benar dan di ridhoi-Nya, aamiin.

Bismillaahirrohamnirrohiim.

1. Selama Indonesia (tercatat merdeka), bukankah kita selalu memiliki Presiden yang beragama Islam? Namun (afwan), sudah adakah di antara mereka yang "kita ketahui" telah berislam secara kaffah? Bukankah setiap bentuk "keputusan" ada di tangan mereka, di samping keinginan rakyat Indonesia yang 80% muslim-pun, menghendaki tegaknya syari'at Islam? Maka sebagaimana sabda Baginda Rasul saw., bahwa : "Seorang mukmin itu tidak akan sudi masuk kedalam lubang yang sama untuk kedua kalinya."

2. Sebelum membicarakan perihal konkret sebagaimana akhi kehendaki, alhamdulillah pada bagian atas (Jawaban Untuk Masalah Demokrasi Yang Dianggap Khilafiyah) saya telah mencukupi keterangan ini dengan menyertakan dalil-dalil yang dapat kita jadikan sebagai pembelajaran, sekaligus menjawab dasar dari argumentasi ini.

3. Ketika kita membicarakan sesuatu yang konkret, tentu komunikasi seperti ini merupakan suatu perencanaan yang mendekati "kepastian" dalam tindakan. Maka selain perencanaan konkret bukanlah wewenang kita, melainkan keputusan utuh dari Ulil Amri (Pemimpin Umat Islam). Meskipun demikian---sah-sah saja apabila kita berusaha---menganalogikan hal ini dalam beberapa kaitan, sebagai berikut:

A. Mukmin di perintahkan oleh untuk sami'na wa atho'na kepada Allah ta'ala dan Rasul-Nya (QS.24:51). Untuk perihal ini mari analogikan dengan seseorang yang bekerja pada suatu perusahaan ataupun kepada seorang bos. Selanjutnya akan terdapat hukum timbal-balik di antaranya? Hak dan Kewajiban perusahaan/bos kepada anak buahnya, maupun sebaliknya. Maka akhir dari kesepakatan mereka diharapkan menghasilkan win-win-solution. Begitulah manusia dengan manusia...

B. Namun hal demikian TIDAK BERLAKU sama sekali bagi hubungan antara manusia dengan Allah subhanahu wa ta'ala. ALLAH swt. tidak membutuhkan manusia sama sekali, melainkan manusia-lah yang sesungguhnya SANGAT membutuhkan Allah. Sebab ALLAH menciptakan Jin dan Manusia hanya untuk tunduk dan patuh kepada-Nya, agar mereka dapat selamat hingga di hari akhirat nanti.

Lalu bagaimana dengan orang2 yang kafir dan ingkar kepada-Nya? Allah ta'ala adalah DZAT Yang Mahaadil lagi Mahapenyayang, dan tiada serupa dengan analogi bos dan karyawan tadi. Sebab selama dunia ini BELUM ditentukan-Nya KIAMAT, maka OKSIGEN akan tetap diberikan-Nya secara GRATIS kepada seluruh isi Bumi Milik-Nya pula. Ada orang kafir yang kaya, ada pula muslim yang miskin, ATAU SEBALIKNYA. Ada orang muslim yang bodoh, ada pula orang kafir yang cerdas, ATAU SEBALIKNYA. silakan cari sebanyak2nya contoh lain, dan itu merupakan suatu bentuk keadilan dari ALLAH subhanahu wa ta'ala untuk seluruh makhluk di muka bumi ini. Tetapi untuk akhirat, NANTI DULU...!!!

C. Mendapati analogi seperti tersebut di atas, tidakkah saudara-saudariku dapat membayangkan apakah REWARD yang akan diperoleh jika kita Sami'na wa Atho'na kepada APAPUN PERINTAH-NYA...!? Ingatlah wahai saudara kami, kepada orang-orang kafir dan munafik saja, ALLAH tetap memberikan keadilan-Nya. Bagaimana pula dengan para mukmin yang bersedia MENDENGAR dan PATUH kepada seluruh Syari'at-Nya secara KAFFAH?

Sungguh hanya keimanan dan KECINTAAN kepada Allah subhanahu wa ta'ala dan Baginda Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yang dapat menjawab segala sesuatunya ini....


Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

"Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangaur-angsur , dengan cara yang tidak mereka ketahui." (QS.7:182).

Yaa Allah yaa Dzal Jalaali Wal Ikroom...
Sungguh tiada daya dan upaya kami selain berserah diri kepada ketentuan-Mu yaa Allah. Sebab apapun upaya dan pemikiran yang keluar dari otak kami yang lemah ini, ibarat nasib sebutir debu di tengah samudera, masyaAllaah...

Yaa Allah yaa Jaami'... kumpulkanlah hati dan pikiran yang berserakkan ini agar kembali sami'na wa atho'na hanya kepada-Mu dan juga Rasul-Mu.
Amin Allahumma aamiin...

"Allahumma la ya’ti bil hasanat illa anta, wa la yadzhab bis sai’at illa anta, wa laa haula wala quwwata illa billah"
(Ya Allah, sesungguhnya hanya Engkaulah yang menghindarkan kejelekan. Dan tiada daya dan upaya yang melebihi Engkau).


Jakarta, 8 April 2009

Billahi taufik wal hidayah,
Wassalamua'laikum wr.wb.
Muhammad Dive.



Saudara-saudariku yang di rahmati oleh Allah jalla sanu'hu;
Semoga tulisan dan argumentasi tersebut dapat kita jadikan sebagai hujjah bagi para Democrazy Thinker, ketika mereka yang tengah lalai itu masih saja membangga-banggakan sebuah sistem Kafir yang jelas-jelas sudah GAGAL pula dari tempat asalnya.

Barakallaahu fiikum


Wassalam
~Jeanny Muslimah~

post by : TM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar