Rabu, 06 Januari 2010

Sekali lagi, Sampainya Bacaan Qur'an kepada Mayyit ; Inilah pendapat yang kuat

ketahuilah bahwa mereka yang mengatakan bahwa bacaan Qur'an tidak sampai kepada mayyit adalah pendapat yag dhoif, dan orang yang menggambar-gemborkannya kedhoifan pendapat ini seolah kuat adalah golongan jahil yang banyak kita temui situsnya di internet dangan nama-nama "salafy", 'almanhaj' dan sebagainya. Mereka sebenarnya jahil dalam masalah ilmu, namun berkata seolah-oleh mereka benar. dan berikut kami sampaikan yg sebenarnya bahwa "Bacaan QUR'AN SAMPAI KEPADA MAYYIT". berhentilah mengikuti pendapat yg dhoif, dan jangan tertipu dengan kejahilan sang penipu yang banyak berader di intenet.


وتنفع ميتا) من وارث وغيره (صدقة) عنه ومنها وقف لمصحف وغيره وبناء مسجد وحفر بئر وغرس شجر منه في حياته أو من غيره عنه بعد موته (ودعاء)له إجماعا. وصح في الخبر "إن الله تعالى يرفع درجةالعبد في الجنة بإستغفار ولده له ".وقوله تعالى وأن ليس للإنسان إلا ما سعى" عام مخصوص بذلك. وقيل منسوخ... إلى ان قال...:أما القراءة فقد قال النووي في شرح مسلم المشهور من مذهب الشافعي انه لايصل ثوابها الى الميت، وقال بعض اصحابنا يصل ثوابها للميت بمجرد قصده بها ولو بعدها وعليه الأئمة الثلاثة واختاره كثيرون من أئمتنا واعتمده السبكي وغيره.
(وقوله تعالى). أن مفهوم الآية مخصوص بغيرالصدقة والدعاء.إلى ان قال...(وقوله مخصوص بذلك) أي بما ذكر من الإجماع وغيره. (وقوله لايصل ثوابها الى الميت) ضعيف(وقوله وقال بعض اصحابنا يصل) معتمد. كتاب إعانة الطالبين جزء 3 صحفة218 -221

Arti nya: shodaqoh itu bisa bermanfaat pada mayit, baik shodaqoh dari ahli waris maupun orang lain, contohnya: mewaqofkan mushaf(qur'an) dan hal lainnya yang sejenis, membangun masjid, membuat sumur, menanam pohon baik waktu dia masih hidup atau dari orang lain. Kemudian juga bisa bermanfa'at pada mayit (sebuah doa) kepada mayit. Atas hal ini tercapai mufakatnya ulama (artinya doa bisa sampai/brmanfa'at pda mayit itu adalah ijma' nya ulama), dan ada hadist shohih yang artinya" sesungguhnya Alloh mengangkat derajatnya seorang hamba di dalam surga dgn sebab anaknya memohonkan ampunan terhadap hamba tersebut (hamba yg ada di surga = hamba yang sudah mati/ wafat/).


Adapun firman Alloh ta’alaa"
وان ليس للإنسان إلاما سعى"
"sesungguh nya tidak ada balasan apapun bagi manusia kecuali apa-apa yang telah dia perbuat" itu sifat nya 'aamun makhsus,artinya apa? Artinya 'aamun makhsus itu adalah bersifat umum yang sudah di khususkan pada selain shodaqoh dan doa, artinya bahwa kalau shodaqoh dan doa maka itu bisa sampai/bermanfaat pda mayit, referensi nya ini:
وقوله تعالى"وان ليس للإنسان إلاما سعى" عام مخصوص بذلك.أن مفهوم الآية مخصوص بغيرالصدقة والدعاء.
Kemudian menurut qiila (pendapat lain) bahwa ayat diatas sudah di nasekh(diamandemen) oleh ijma' dan hadist
"إن الله تعالى يرفع درجةالعبد في الجنة بإستغفار ولده له " dan
"إذا مات إبن آدم إنقطع عمله إلا من ثلاث...الحديث.."

adapun tentang baca'an qur'an maka iman al nawawi berkata di dalam kitab syarhu muslim: qoul masyhur dari madzhab syafi'i berpendapat bahwa baca'an qur'an tidak bisa sampai pada mayit. Dan ba'dhu ashabi syafi'i (para ulama golongan Syafi’i) berpendapat bahwa: baca'an qur'an tersebut bisa sampai pada mayit dengan sebab adanya niat (yang ditujukan) untuk mayit,dan pendapat ba'dhu ashabi syafi'i ini di dukung oleh imam tiga(hanifah,hanbali,malik
), kemudian banyak dari kalangan imam-imam qita (Madzhab Syafi’i) memilih pendapat dari ba'dhu ashabi syafi'i ini, dan Imam Subki dan yang lainnya pun berpegangan pada pendapat ini juga (sampai nya baca'an qur'an pda mayit) referensi nya:
أما القراءة فقد قال النووي في شرح مسلم المشهور من مذهب الشافعي انه لايصل ثوابها الى الميت، وقال بعض اصحابنا يصل ثوابها للميت بمجرد قصده بها ولو بعدها وعليه الأئمة الثلاثة واختاره كثيرون من أئمتنا واعتمده السبكي وغيره.

Perlu qita ingat, bahwa pendapat/ qoul masyhur yg mengatakan baca'an qur'an tidak sampai/bermanfaat pada mayit adalah qoul yg lemah(dho'if), dan pendapat ba'dhu ashabi syafi'i yang mengatakan bacaan qur'an sampai/bermanfa'at pada mayit adalah qoul/pendapat yang mu'tamad(kuat) refrensi nya ini:
(وقوله لايصل ثوابها الى الميت) ضعيف(وقوله وقال بعض اصحابنا يصل) معتمد.

Semua pendapat dan refrensi di atas bisa anda liat di kitab i'anah tholibin juz 3 halaman 218 sampai 221. Terima kasih atas semua nya, janji saya sudah terpenuhi, dan sekarang sudah jelas, bahwa apa yang qita lakukan dengan tahlil / maulid ada landasan/ pijakan berfikirnya yang berasal dari pndapat ulama, dan pendapat ulama' ini diambil dari qur'an dan hadist, al hasil anggapan wahabi bahwa Tahlilan/ maulidan adalah bid’ah yang sesat maka itu adalah sebuah kebohongan yang amat hina.

Mereka memahami terjemah Qur’an dan hadist berdasarkan penafsiran hawa nafsu mereka sendiri tanpa mau berpegang pada tafsiran para ulama. Mereka hanya mau mengambil pendapat ulama secara sepotong-sepotong yang kebetulan mendukung pola fikir radikalnya.

Para ulama salaf tentu lebih memahami makna hadis “kullu bid’atin dholaalah” dibanding mereka, lantas mengapa seolah-olah mereka berani menuduh Tahlilan/ maulidan sebagai sesuatu yang menyalahi Qur’an atau sunnah, walhal tidak ada satupun ulama yang berani mengatakan hal tersebut. Apakah mereka juga akan menuduh para ulama salaf yang jumlahnya ribuan bahkan jutaan sebagai golongan yang sesat dan menyalahi ajaran qur’an dan sunnah???

Wallaahu a’lam bis showaab...
Kurang lebihnya mohon ma'af. Assalamu'alaikum warohmatullaahi wabarokaatuH.

By: Hafa Zubair.
Postingan ini didedikasikan khusus bagi Dian Hardiana Ramli (member KTB yang meyakini bahwa tahlilan menyalahi Qur’an dan Sunnah dan dengan lantang mengumbarnya di wall dan discussion board KTB)

Keterangan dari Admin Zainal Arifin :
Kitab I’aanatuth Thoolibien adalah Kitab Fiqh yang umum dikalangan pesantren ahlussunnah wal jama’ah di tanah air, apabila kalangan awam sering mendengar kata Kitab Kuning, maka inilah contohnya. Semoga lewat penjelasan Lora Hafa Zubair ini juga, tuduhan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab bahwa Kitab Kuning adalah kitab sesat bisa diluruskan.

Bagi yang hendak bertanya tentang isi postingan ini, dipersilahkan bertanya langsung melalui inbox admin Hafa Zubair secara langsung.
^_^

1 komentar:

  1. Kalau yang nulis ini tahu kitab I'anatut tholibin, maka dia akan tahu bahwa pengarangnya mengatakan bahwa berkumpul di tempat orang yang meninggal kemudian oang yang meninggal memberikan makanan adalah bid'ah munkaroh, dan yang sunnah adalah para tetangga memberi makanan kepada keluarga yang meninggal dunia..

    BalasHapus