Ketika dalam pelayarannya, biduk rumah tangga menemui ombak yang bisa membuat sebuah perpisahan antara suami dan istri, diperlukan “ekstra” kesabaran dan taktik untuk tetap mempertahankan ikatan yang telah dirajut dengan menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pengendalian suasana hati dan kemampuan menahan lidah sangat diperlukan untuk menetralkan “ombak” dalam rumah tangga.
Oleh karena itu “bumbu pemanis” berupa pujian dan perkataan yang bisa melambungkan hati suami atau istri walapun tidak sesuai dengan kenyataan yang ada diperlukan untuk merekatkan hubungan suami istri dan memberikan keharmonisan baru di saat “getaran cinta” mulai memudar dalam bahtera rumah tangga. Di saat itu… haruskah lidah ini berdusta?
Dari Ummu Kaltsum binti Uqbah radhiyallahu ‘anha, ia berkata : “Saya belum pernah (mendengar) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperbolehkan dusta sedikitpun kecuali dalam tiga keadaan, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan : ‘Aku tidak menganggap suatu dusta, seseorang yang mendamaikan antara manusia, ia mengatakan sesuatu yang tujuannya tidak lain adalah memperbaiki hubungan sesama manusia. Begitu pula seseorang yang mengatakan sesuatu dalam peperangan. Dan juga seseorang suami yang mengatakan sesuatu untuk istrinya serta seorang istri yang mengatakan sesuatu untuk suaminya.’”
[Hadits shahih, riwayat al-Bukhari dan Muslim serta Abu Dawud (XIII/263), An-Nasa’i dan Ahmad (VI/404), Ibnu Jarir dalam Tahdzibul Atsar (III/131-132 & 133), al-Khatib dalam al-Kifayah (180-181) dan selain mereka, ada penyerta baginya dari hadits Asma’ binti Yazid radhiyallahu ‘anha. Dikeluarkan juga oleh at-Tirmidzi (VI/68) Ahmad (VI/454, 459, 461)]
Berkenaan dengan hadits di atas Imam an-Nawawi rahimahullah berkata : “Adapun masalah berbohongnya suami kepada istrinya dan berbohongnya istri kepada suaminya maksudnya adalah dalam kaitannya mengungkapkan rasa cinta, janji-janji yang tidak mengikat dan sejenisnya. Adapun bohong yang berbau tipu muslihat untuk menghalangi hak salah satu dari keduanya atau dalam rangka merampas yang bukan hakknya maka hal itu haram hukumnya menurut kesepakatan kaum muslimin.” [Lihat Syarah Muslim karya an-Nawawi]
Maka tidak ada salahnya seorang suami memuji penampilan istri dengan perkataan yang baik walaupun kenyataannya adalah sebaliknya, tetap memuji masakan istri walaupun rasanya tidak sesuai harapan kita, memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh istri atau suami dengan perkataan yang bijak dan tidak menyakiti hati… walaupun dengan dusta… wallahu a’lam bish showab.
Oleh Andi Abu Najwa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar