Perintah Agar Berpegang Teguh Kepada Quran dan Sunnah
Sumber: Kitab Al-Hidayah, A. Zakaria
Sumber ajaran agama adalah Al-Quran dan Sunnah, tetapi dalam hal ini masih terdapat kekeliruan dikalangan umat islam, yaitu;
1. Ada yang hanya berpegang kepada Al-Quran saja dan tidak kepada Sunnah Nabi, seperti aliran Inkar Sunnah.
2. Ada yang berpedoman kepada Al-Quran dan Hadits, tetapi tidak selektif, apakah hadits itu shahih atau dhaif.
3. Ada yang berpedoman kepada Al-Quran dan Hadits dan selektif tetapi menurut guru atau amirnya dan tidak menggunakan standar ilmu mushthalah hadits.
Dalam hal ini tentu saja kita harus berpedoman kepada Al-Quran dan Hadits shahih sesuai dengan kajian ilmu hadits.
Allah SWT berfirman; “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (Q.S An-Nisa 59)
KETERANGAN:
1. Perintah taat kepada Allah dengan mutlak, yaitu baik yang dimengerti oleh akal manusia atau tidak.
2. Perintah taat kepada Rasul, juga dengan mutlak.
3. Perintah taat kepada Ulil Amri, selama Ulil Amri itu taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
4. Jika terjadi perselisihan dikalangan umat Islam, selesaikanlah yaitu dengan mengembalikannya kepada Allah dan Rasu-Nya sebagai pemberi kata putus.
Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Q.S Al-Ahzab 21)
Allah SWT berfirman: Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S Ali ‘Imran 31)
Allah SWT berfirman: …..Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.(Q.S Al-Hasyr 7)
KETERANGAN:
Dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa;
1. Pada pribadi Nabi itu terdapat Uswah Hasanah untuk diteladani seluruh umatnya, baik dalam ibadah, munakahah, mu’amalah juga siyasah.
2. Realisasi mencintai Allah itu hendaklah dengan mengikuti Sunnah Nabi dan tida dengan mengada-ada atau membuat cara-cara baru dalam beribadah.
3. Apa yang disampaikan oleh Nabi amalkan walau tidak terdapat nashnya dalam Al-Quran, karena Nabi sendiri adalah Shahibu Syari’ah. Contoh; syariat ‘aqiqah atau cara mengurus jenazah.
Dengan berpegang teguh kepada Quran dan Sunnah dijamin tidak akan tersesat;
Dari Ibnu ‘Abbas r.a, ia berkata: “Sesungguhnya Rasulullah SAW khutbah dihadapan orang-orang pada waktu haji wada’. Beliau bersabda: “Sesungguhnya syetan telah berputus asa untuk disembah di negerimu, akan tetapi ia ridha untuk ditaati dalam hal-hal selain itu dari apa-apa yang kamu anggap sepele. Maka berhati-hatilah kamu. Sesungguhnya aku telah meninggalkan sesuatu bagimu, jikalau kamu berpegang teguh dengannya, maka kamu tidak akan tersesat selamanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya”. (H.R Hakim; at-Targhib, 1:60)
Dari Katsir bin ‘Abdillah dari ayahnya dari kakeknya r.a, ia berkata; sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda: “Aku telah tinggalkanbagimu dua urusan, kamu tidak akan tersesat selama kamu berpegang teguh kepadanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya”. (H.R Malik; Al-Muwaththa, hal 899)
Jangan membuat cara-cara baru diluar sunnah Nabi;
Dari Anas bin Malik r.a, ia berkata: “Telah datang tiga orang ke rumah istri-istri Nabi SAW, mereka bertanya tentang ibadah Nabi. Ketika diberitahukan kepada mereka, mereka menganggap bahwa ibadahnya sedikit, dan bagaimanakah (keadaan kami) dibandingkan dengan (ibadah) Nabi; padahal Allah telah mengampuni dosanya yang terdahulu dan yang akan datang. Berkata salah seorang diantara merela: “Adapun aku akan sholat malam selamanya”. Berkata (pula) yang lainnya: “Aku akan shaum selamanya”. Berkata (pula) yang lainn: “Aku akan menjauhi istri dan tidak akan menikah selamanya”. Rasulullah datang dan bersabda: “Kamu yang berkata begini, begitu, sesungguhnya aku orang yang paling takut diantara kamu kepada Allah dan paling taqwa kepada-Nya, akan tetapi aku shaum dan berbuka, aku shalat (malam) dan tidur, dan aku nikahi istri. Siapa yang tidak mencintai sunnahku, ia bukan golonganku”. (H.R. Bukhari, 3:237)
Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata; Rasulullah SAW bersabda: “Islam bermula asing, dan akan kembali asing sebagaimana semula. Maka beruntunglah mereka yang terasing”. Dalam suatu rwayat ditambahkan, Rasulullah ditanya; Siapakah mereka yang terasing/mengembara itu? Beliau menjawab: “Orang-orang yang konsist/tetap berbuat baik dikala moral manusia telah rusak”. Dan dalam satu riwayat lain: Sesungguhnya Rasulullah ditanya tentang al-Guraba, maka Rasul menjawab: “Yaitu orang-orang yang menghidupkan apa yang orang lain matikan sunnahku”. (H.R Muslim)
Dari Abi Rafi’, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Tidak aku dapati salah seorang diantaramu bersandar diatas kursinya, datang kepadanya urusanku tentang apa-apa yang aku perintahkan atau aku larang. Kemudian ia berkata: Aku tidak tahu, apa yang aku dapati dalam Kitab Allah kami akan mengikutinya, dan apa yang aku tidak dapat dalam Kitab Allah, kami tidak akan mengikutinya”. (H.R Abu Daud dan Tirmidzi)
KETERANGAN:
Hadits tersebut mengisyaratkan bahwa akan terjadi penyimpangan atau penyelewengan dalam agama dan yang beruntung adalah mereka yang siap untuk meluruskannya kembali apapun resikonya.
Dari Anas r.a, ia berkata; sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda kepadaku: “Wahai anakku, jika engkau mampu berada di pagi dan sore hari dengan tidak punya niat untuk menipu seseorang, lakukanlah. Kemudian beliau bersabda: “Wahai anakku! Itu adalah sunnahku, dan siapa yang mencintai sunnahku berarti mencintaiku, siapa mencintaiku, ia akan bersamaku di surga”. (H.R Tirmidzi)
Dari Anas r.a, ia berkata; Nabi SAW telah bersabda: “Barangsiapa yang meninggalkan sunnahku, maka ia bukan ummatku”. (H.R Muslim)
Dari ‘Abdillah bin ‘Umar r.a, dari NAbi SAW bersabda: “Tidak sempurna iman seseorang diantaramu sehingga hawa nafsunya mengikuti ajaran yang aku bawakan”. (H.R Tirmidzi)
Dari Abbas bin Rabi’, ia berkata; “Saya melihat ‘Umar bin Khaththab mencium hajar aswad (diwaktu thawaf), kemudian ‘Umar berkata: “Aku tahu bahwa engkau adalah batu, tidak memberi madharat dan tidak memberi manfaat. Andai aku tidak melihat Rasulullah menciumu (hajar aswad), niscaya aku tidak akan menciummu”. (H.R Bukhari Muslim)
KETERANGAN:
Hadits-hadits tersebut menunjukan bahwa;
1. Mencintai Nabi itu adalah dengan mencintai sunnahnya.
2. Dan orang yang berusaha meninggalkan Sunnahnya dinyatakan bukan umat Nabi.
3. Laksanakanlah apa yang dicontohkan Nabi walau bertentangan dengan rasio kita, seperti halnya yang dilakukan oleh ‘Umar.
Sumber: Kitab Al-Hidayah, A. Zakaria
Sumber ajaran agama adalah Al-Quran dan Sunnah, tetapi dalam hal ini masih terdapat kekeliruan dikalangan umat islam, yaitu;
1. Ada yang hanya berpegang kepada Al-Quran saja dan tidak kepada Sunnah Nabi, seperti aliran Inkar Sunnah.
2. Ada yang berpedoman kepada Al-Quran dan Hadits, tetapi tidak selektif, apakah hadits itu shahih atau dhaif.
3. Ada yang berpedoman kepada Al-Quran dan Hadits dan selektif tetapi menurut guru atau amirnya dan tidak menggunakan standar ilmu mushthalah hadits.
Dalam hal ini tentu saja kita harus berpedoman kepada Al-Quran dan Hadits shahih sesuai dengan kajian ilmu hadits.
Allah SWT berfirman; “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (Q.S An-Nisa 59)
KETERANGAN:
1. Perintah taat kepada Allah dengan mutlak, yaitu baik yang dimengerti oleh akal manusia atau tidak.
2. Perintah taat kepada Rasul, juga dengan mutlak.
3. Perintah taat kepada Ulil Amri, selama Ulil Amri itu taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
4. Jika terjadi perselisihan dikalangan umat Islam, selesaikanlah yaitu dengan mengembalikannya kepada Allah dan Rasu-Nya sebagai pemberi kata putus.
Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Q.S Al-Ahzab 21)
Allah SWT berfirman: Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S Ali ‘Imran 31)
Allah SWT berfirman: …..Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.(Q.S Al-Hasyr 7)
KETERANGAN:
Dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa;
1. Pada pribadi Nabi itu terdapat Uswah Hasanah untuk diteladani seluruh umatnya, baik dalam ibadah, munakahah, mu’amalah juga siyasah.
2. Realisasi mencintai Allah itu hendaklah dengan mengikuti Sunnah Nabi dan tida dengan mengada-ada atau membuat cara-cara baru dalam beribadah.
3. Apa yang disampaikan oleh Nabi amalkan walau tidak terdapat nashnya dalam Al-Quran, karena Nabi sendiri adalah Shahibu Syari’ah. Contoh; syariat ‘aqiqah atau cara mengurus jenazah.
Dengan berpegang teguh kepada Quran dan Sunnah dijamin tidak akan tersesat;
Dari Ibnu ‘Abbas r.a, ia berkata: “Sesungguhnya Rasulullah SAW khutbah dihadapan orang-orang pada waktu haji wada’. Beliau bersabda: “Sesungguhnya syetan telah berputus asa untuk disembah di negerimu, akan tetapi ia ridha untuk ditaati dalam hal-hal selain itu dari apa-apa yang kamu anggap sepele. Maka berhati-hatilah kamu. Sesungguhnya aku telah meninggalkan sesuatu bagimu, jikalau kamu berpegang teguh dengannya, maka kamu tidak akan tersesat selamanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya”. (H.R Hakim; at-Targhib, 1:60)
Dari Katsir bin ‘Abdillah dari ayahnya dari kakeknya r.a, ia berkata; sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda: “Aku telah tinggalkanbagimu dua urusan, kamu tidak akan tersesat selama kamu berpegang teguh kepadanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya”. (H.R Malik; Al-Muwaththa, hal 899)
Jangan membuat cara-cara baru diluar sunnah Nabi;
Dari Anas bin Malik r.a, ia berkata: “Telah datang tiga orang ke rumah istri-istri Nabi SAW, mereka bertanya tentang ibadah Nabi. Ketika diberitahukan kepada mereka, mereka menganggap bahwa ibadahnya sedikit, dan bagaimanakah (keadaan kami) dibandingkan dengan (ibadah) Nabi; padahal Allah telah mengampuni dosanya yang terdahulu dan yang akan datang. Berkata salah seorang diantara merela: “Adapun aku akan sholat malam selamanya”. Berkata (pula) yang lainnya: “Aku akan shaum selamanya”. Berkata (pula) yang lainn: “Aku akan menjauhi istri dan tidak akan menikah selamanya”. Rasulullah datang dan bersabda: “Kamu yang berkata begini, begitu, sesungguhnya aku orang yang paling takut diantara kamu kepada Allah dan paling taqwa kepada-Nya, akan tetapi aku shaum dan berbuka, aku shalat (malam) dan tidur, dan aku nikahi istri. Siapa yang tidak mencintai sunnahku, ia bukan golonganku”. (H.R. Bukhari, 3:237)
Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata; Rasulullah SAW bersabda: “Islam bermula asing, dan akan kembali asing sebagaimana semula. Maka beruntunglah mereka yang terasing”. Dalam suatu rwayat ditambahkan, Rasulullah ditanya; Siapakah mereka yang terasing/mengembara itu? Beliau menjawab: “Orang-orang yang konsist/tetap berbuat baik dikala moral manusia telah rusak”. Dan dalam satu riwayat lain: Sesungguhnya Rasulullah ditanya tentang al-Guraba, maka Rasul menjawab: “Yaitu orang-orang yang menghidupkan apa yang orang lain matikan sunnahku”. (H.R Muslim)
Dari Abi Rafi’, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Tidak aku dapati salah seorang diantaramu bersandar diatas kursinya, datang kepadanya urusanku tentang apa-apa yang aku perintahkan atau aku larang. Kemudian ia berkata: Aku tidak tahu, apa yang aku dapati dalam Kitab Allah kami akan mengikutinya, dan apa yang aku tidak dapat dalam Kitab Allah, kami tidak akan mengikutinya”. (H.R Abu Daud dan Tirmidzi)
KETERANGAN:
Hadits tersebut mengisyaratkan bahwa akan terjadi penyimpangan atau penyelewengan dalam agama dan yang beruntung adalah mereka yang siap untuk meluruskannya kembali apapun resikonya.
Dari Anas r.a, ia berkata; sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda kepadaku: “Wahai anakku, jika engkau mampu berada di pagi dan sore hari dengan tidak punya niat untuk menipu seseorang, lakukanlah. Kemudian beliau bersabda: “Wahai anakku! Itu adalah sunnahku, dan siapa yang mencintai sunnahku berarti mencintaiku, siapa mencintaiku, ia akan bersamaku di surga”. (H.R Tirmidzi)
Dari Anas r.a, ia berkata; Nabi SAW telah bersabda: “Barangsiapa yang meninggalkan sunnahku, maka ia bukan ummatku”. (H.R Muslim)
Dari ‘Abdillah bin ‘Umar r.a, dari NAbi SAW bersabda: “Tidak sempurna iman seseorang diantaramu sehingga hawa nafsunya mengikuti ajaran yang aku bawakan”. (H.R Tirmidzi)
Dari Abbas bin Rabi’, ia berkata; “Saya melihat ‘Umar bin Khaththab mencium hajar aswad (diwaktu thawaf), kemudian ‘Umar berkata: “Aku tahu bahwa engkau adalah batu, tidak memberi madharat dan tidak memberi manfaat. Andai aku tidak melihat Rasulullah menciumu (hajar aswad), niscaya aku tidak akan menciummu”. (H.R Bukhari Muslim)
KETERANGAN:
Hadits-hadits tersebut menunjukan bahwa;
1. Mencintai Nabi itu adalah dengan mencintai sunnahnya.
2. Dan orang yang berusaha meninggalkan Sunnahnya dinyatakan bukan umat Nabi.
3. Laksanakanlah apa yang dicontohkan Nabi walau bertentangan dengan rasio kita, seperti halnya yang dilakukan oleh ‘Umar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar