Bismillahirrahmaanirrahiim
Inalhamdalillah nahmaduhu wa nasta'inuhu wa nastaghfiruhuu wana'udzubillahi min syururi anfusina wa min sayyi'aati a'maalina mayyahdihillahu fa laa mudillalaah wa may yudihil fa hadiyalah
(segala puji kepada Allah, kita memujiNya, memohon pertolongan kepadaNya, kita berlindung kepadaNya dari kejelekan diri kita dan keburukan amal perbuatan kita. "Barangsiapa yang diberi petunjuk Allah, tak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkanNya, tak ada yang dapat memberikannya petunjuk").
Asyhadu 'anlaa illaa ha illallah wa asyhadu anna Muhammadurrasulullah (saya bersaksi bahwa tiada/bukan Tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah Utusan Allah).
Allahumma shalli 'alaa Muhammad wa 'ala 'aali Muhammad (semoga salam disampaikan Allah kepada Muhammad dan keturunan Muhammad).
Amma ba’du (kira-kira adalah demikian berikut ini).
“Lau kaana khairan lasabaquuna ilahi (jika saja perbuatan itu baik, tentulah para sahabat telah mendahului kita mengamalkannya)”
==========================
RIBUT-RIBUT MAKAM PRIOK & PENGKULTUSAN MAKAM
Saya mengambil hikmah, dengan adanya ribut-ribut soal makam seorang muslim di Priok selama beberapa waktu ini, benar sudah prinsip Islam bahwa kuburan dan yang sudah mati, membutuhkan yang hidup, BUKAN justru yang sebaliknya (apalagi pengkultusan kuburan dan yang sudah mati).
Demi Allah Penguasa Langit dan Bumi, semoga banyak dari kita, mengambil pelajaran jalan yang lurus. Amiin.
Para Sahabat rodhiyallahu 'anhum (yang tentu saja dalam hal ini, yang saya maksud adalah JUGA TERMASUK para Ahlul Bait/keluarga Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam sendiri), yang insya Allah adalah juga banyak sekali dari mereka adalah Wali Allah yang tak diragukan (dengan karomah masing-masing, lihat Kitab Al Bidayah wan Nihayah) sekaligus JUGA adalah kaum 'Ulama, Mujahiddin, dan Ahli Ijtihad ulung, dan banyak dari mereka DIJAMIN masuk Surga oleh Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam, dan sudah pula dijamin Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam sebagai UMAT TERBAIK dari seluruh umat Islam, TIDAKLAH PERNAH berusaha mengkultuskan makam Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam.
Dan mereka TIDAK PERNAH berusaha meminta kepada makam beliau (atau dalam hal ini, meminta kepada Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam yang memang telah meninggal dunia) ATAUPUN menggunakan namanya dalam berdoa, dan sebagainya.
Mereka HANYA meminta doa dari orang 'alim yang masih hidup, dengan cara yang syar'i, tentu saja.
Dalam hal ini, dalam satu CONTOH, adalah meminta doa dari Abbas rodhiyallahu 'anhu, paman Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam, yang masih hidup sepeninggal Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam, SAAT terjadi paceklik di masa mereka.
Dan berbagai contoh lain di berbagai sumber shahih dan terhormat.
Apalagi melakukan hal yang seperti saya sebutkan ini, dengan dinisbatkan kepada atau untuk Wali Allah (kalaupun kita dapat tahu pasti, yang manakah yang benar-benar Wali Allah dari para manusia).
Seorang mayit dalam kuburnya seperti orang tenggelam yang sedang minta pertolongan. Dia menanti-nanti doa ayah, ibu, anak dan kawan yang terpercaya. Apabila doa itu sampai kepadanya baginya lebih disukai dari dunia berikut segala isinya. Dan sesungguhnya Allah 'Azza wajalla menyampaikan doa penghuni dunia untuk ahli kubur sebesar gunung-gunung.Adapun hadiah orang-orang yang hidup kepada orang-orang mati ialah mohon istighfar kepada Allah untuk mereka dan bersedekah atas nama mereka. (HR. Ad-Dailami)
Ada tiga perkara yang mengikuti mayit sesudah wafatnya, yaitu keluarganya, hartanya dan amalnya. Yang dua kembali dan yang satu tinggal bersamanya. Yang pulang kembali adalah keluarga dan hartanya, sedangkan yang tinggal bersamanya adalah amalnya. (HR. Bukhari dan Muslim)
Cukuplah maut sebagai pelajaran (guru) dan keyakinan sebagai kekayaan. (HR. Ath-Thabrani)
Tidak ada sesuatu yang dialami anak Adam dari apa yang diciptakan Allah lebih berat daripada kematian. Baginya kematian lebih ringan daripada apa yang akan dialaminya sesudahnya. (HR. Ahmad)
Perbanyaklah mengingat kematian. Seorang hamba yang banyak mengingat mati maka Allah akan menghidupkan hatinya dan diringankan baginya akan sakitnya kematian. (HR. Ad-Dailami)
Anas r.a. mengatakan Nabi saw. bersabda, "(Sesungguhnya 2/102) manusia apabila diletakkan di dalam kuburnya, setelah teman-temannya berpaling dan pergi darinya sehingga ia mendengar ketukan bunyi sandal mereka, lalu datanglah dua orang malaikat. Kemudian mereka mendudukkannya dan bertanya kepadanya, 'Apakah yang kamu katakan dahulu ketika di dunia tentang orang ini, Muhammad?'
Adapun orang yang beriman menjawab, 'Aku bersaksi bahwa beliau adalah hamba dan utusan Allah.' Lalu dikatakan kepadanya, 'Lihatlah tempat dudukmu di neraka, Allah telah menggantikannya untukmu dengan tempat duduk di surga.' Lalu ia melihat keduanya (surga dan neraka). (Qatadah berkata, 'Dan diterangkan kepada kami bahwa orang itu dilapangkan di dalam kuburnya.')
Adapun orang kafir atau munafik maka ditanyakan kepadanya, 'Apa yang engkau katakan mengenai Muhammad ini?' Ia menjawab, 'Aku tidak tahu. Aku dulu mengatakan apa yang dikatakan oleh orang-orang.' Maka, dikatakan kepadanya, 'Kamu tidak tahu dan tidak mau membaca.' Kemudian ia dipukul dengan palu dari besi di antara kedua telinganya. Lalu, ia berteriak sekeras-kerasnya yang didengar oleh apa yang didekatnya selain jin dan manusia."
(Shahih Bukhori no 669)
Ketika al-Hasan bin al-Hasan bin Ali rodhiyallahu 'anhum (cucu Rosulullah sholallahu 'alaihi wasallam) meninggal dunia, istrinya membuat kubah di atas kuburnya selama satu tahun, kemudian dibongkar. Lalu, mereka mendengar seseorang berteriak, "Apakah mereka tidak menjumpai apa yang hilang itu?" Kemudian ada orang lain yang menjawab, "Bahkan mereka sudah putus asa, kemudian kembali."
Aisyah r.a. mengatakan bahwa dalam keadaan sakit yang membawa kepada kematian, Nabi saw bersabda, "Allah mengutuk orang-orang Yahudi dan Nasrani karena mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid."
Aisyah berkata, "Seandainya tidak karena sabda itu, niscaya mereka menampakkan kuburan beliau. Hanya saja aku khawatir (dalam satu riwayat: beliau khawatir atau dikhawatirkan 2/106) kuburan itu dijadikan masjid.
(Shahih Bukhori)
Diantara sebab yang membawa kaum kepada pengkultusan kuburan (sebagian saya sadur dari tulisan "Budaya Pengkultusan Kuburan (Makam Keramat)" oleh Ustadz Dr. Ali Musri Semjan Putra, M.A.)
1. Meninggikan kuburan lebih dari satu jengkal.
Sebagian kaum muslimin meninggikan kubur melebihi dair hal yang dibolehkan agama. Hal ini mungkin disebabkan karena mereka belum memahami tuntunan agama atau karena ada unsur lain seperti ingin menunjukkan bahwa orang tersebut seorang yang mulia.
“Dari Abu Hayyaaj al-Asady, ia berkata: Berkata kepadaku Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu: Maukah engkau aku utus untuk melakukan sesuatu yang aku juga diutus oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk melakukannya? Jangan engkau tinggalkan sebuah patung melainkan engkau hancurkan. Dan tidak pula kuburan yang ditinggikan kecuali engkau datarkan.” [HR.Muslim]
“Dari Tsumamah bin Syufai, ia berkata: Aku pernah bersama Fudholah bin Ubaid di negeri Romawi ‘Barudis’. Lalu meninggal salah seorang teman kami. Maka Fudholah menyuruh untuk mendatarkan kuburannya. Kemudian ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyuruh untuk mendatarkannya.” [HR.Muslim]
2. Menembok dan mencat kuburan
Di antara kebiasan buruk yang bisa membawa kepada sikap pengkultusan kuburan adalah menembok dan mencat kuburan. Di samping hal tersebut diharamkan dalam agama, termasuk pula membuang harta kepada sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Dan yang lebih ditakutkan adalah akan terfitnahnya orang awam dengan kuburan tersebut. Sehingga mereka menganggap kuburan tersebut memiliki berkah dan sakti.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang dengan tegas menembok dan mencat kuburan dalam sabda beliau (yang artinya):
“Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang mencat kubur, duduk diatasnya dan membangun di atasnnya.” [HR.Muslim]
Yang dimaksud dengan membangun dalam hadits tersebut adalah umum, sekalipun hanya berbentuk tembok saja. Apalagi membuatkan rumah untuk kuburan dengan biaya banyak sebagaimana telah dilakukan sebagian orang-orang yang jahil.
Berkata Imam asy-Syafi’i rahimahullah: “Aku melihat para ulama di Makkah menyuruh menghancurkan apa yang dibangun tersebut.”
Al-Manawy berkata: “Kebanyakan ulamaSyafi’iyyah berfatwa tentang wajibnya menghancurkan segala bangunan di Qorofah (tanah pekuburan) sekali pun kubah Imam kita sendiri Syafi’i yang dibangun oleh sebagian penguasa.”
3. Membangun rumah untuk kuburan.
Sebagian orang ada pula yang mambangunkan rumah untuk kuburan. Bahkan kadang kala biayanya cukup besar. Ini adalah salah satu bentuk penyia-nyiaan dalam penggunaan harta. Mungkin orang yang melakukan hal tersebut berasumsi bahwa si mayat mendapat naungan dan nyaman dalam kuburnya.
Sesungguhnya tidak ada yang dapat memberikan kenyamanan dalam kubur kecuali amalan sendiri, walau seindah apa pun kuburan seseorang tersebut.
“Ibnu Umar melihat sebuah tenda di atas kubur Abdurrahman. Maka ia berkata: “Bukalah tenda tersebut wahai Ghulam (anak muda), maka sesungguhnya yang melindunginya hanyalah amalannya.”
4. Duduk dan makan di kuburan.
Bentuk lain yang merupakan jalan membawa kepada pengkultusan kuburan adalah kebiasaan sebagian orang mendatangi kuburan pada momen-momen tertentu. Seperti mau masuk bulan suci Ramadhan, Lebaran atau masa setelah panen. Mereka berbondong-bondong ke kuburan dengan membawa tikar dan makanan. Lalu sesampai di kuburan membentangkan tikar dan duduk bersama-sama. Dilanjutkan dengan rangkaian acara tahlilan dan do’a setelah itu ditutup acara makan bersama.
Jika hal tersebut kita timbang dengan ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka sungguh sangat bertolak belakang sama sekali.
Jangankan untuk tahlilan dan makan bersama, duduk saja tidak diperbolehkan. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berikut ini (yang artinya):
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: Sungguh salah seorang kalian duduk di atas bara api lalu membakar baju sehingga tembus ke kulitnya lebih baik daripada ia duduk di atas kuburan.” [HR.Muslim]
Kiranya sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di atas amat jelas bagi orang yang hatinya mau menerima nasihat. Adapun orang yang mata hatinya sudah tertutup oleh Allah azza wa jalla dari menerima petunjuk, niscaya ia akan berupaya mencari-cari alasan untuk menolaknya.
5. Membaca al-Quran di kuburan
Sebagian orang ada yang berpandangan adanya keutamaan membaca al Qur’an ketika berziarah kubur seperti membaca Qs. al-Fatihah (1), QS. al-Ikhlas (114) atau QS. Yaasiin (36), dan yang lain-lain. Bahkan ada yang menyewa orang lain khusus untuk membaca dan mengkhatamkan al Qur’an di kuburan keluarganya pada hari-hari tertentu. Hal tersebut tidak pernah dianjurkan dalam agama ini.
Yang dianjurkan ketika berziarah kubur hanyalah membaca do’a ziarah kubur. Berbeda dengan orang yang suka melakukan hal-hal yang baik menurut pikiran dan perkiraan mereka semata. Tetapi tidak baik menurut Allah azza wa jalla karena hal tersebut merupakan perkara ibadah yang tidak ada dasarnya sama sekali dalam agama.
Kalau seandainya hal tersebut baik, pastilah Allah azza wa jalla memerintahkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat untuk melakukannya. Apakah kita lebih tahu dari Allah azza wa jalla tentang hal yang baik?
“Katakanlah apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah Allah.” [QS.al Baqarah/2:140]
Tiada aku melihat sesuatu (yang buruk) kecuali (pasti) kuburan lebih buruk daripadanya. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Dan sebagian yang dapat membatalkan keislaman seseorang (dari Kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, oleh Ustadz Yazid Jawaz, Pustaka Imam Syafi'i, Jakarta) yang berhubungan dengan topik ini, adalah:
- menyekutukan Alloh
- membuat perantaara antara dirinya dengan Alloh (berdoa, memohon syafa’at bertawakkal kepada mereka)
- meyakini adanya petunjuk yang lebih sempurna daripada Sunnah Rosululloh shalalallahu ‘alaihi wasallam, tidak senang terhadap atau membenci hal-hal yang dibawa Rosululloh shalalallahu ‘alaihi wasallam
- menghina Islam
- melakukan sihir (termasuk ash-Sharfu atau guna-guna, al-‘Athfu atau pelet, dan sebagainya),
- syirik dalam berziarah kubur (seperti mempersembahkan suatu macam ibadah kepada ahli kubur, meminta bantuan kepadanya, menyembelih kurban untuknya, berthawaf di sekelilingnya, dan sebagainya)
Walahua'lam.
Wassalaamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAssalaamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh.
BalasHapusAlhamdulillah. Jazakillah. :)
Namun jika tak keberatan, sudilah menambahkan nama kakak saya, Abu Taqi Mayestino, di bawah kutipan tulisan beliau ini, semata-mata agar ada penanggungjawab tulisan ini, bukan untuk riyaa'.