Rabu, 28 April 2010

Tragedi Pengagungan Kuburan Orang Shalih - Makam Mbah Priok

Ringkasan materi kajian berikut sangat bagus untuk disampaikan dalam kotbah jumat ataupun kutbah kajian agar masyarakat memahami inti permasalahan mengenai larangan menganggap keramat (pengagungan) terhadap makam / kuburan orang shalih / wali Allah. Sehingga setelah dipahami inti dari permasalahan pengagungan kuburan orang shalih, masyarakat dapat menyikapi kejadian Tanjung Priok Berdarah – Pembelaan Terhadap Makam Keramat Habib Hadad Mbah Priok dengan adil. Foto-foto Tragedi Tanjung Priok Berdarah menunjukkan betapa bahayanya pengagungan kuburan orang shalih sampai darahpun tertumpah untuk membelanya.
Penjelasan Bahwa Sikap Berlebihan dalam Menyikapi Kuburan Orang Shalih dapat Menjadikannya Sebagai Sesembahan yang Disembah Selain Allah

Rasulullah bersikap keras terhadap orang yang beribadah kepada Allah tetapi melakukannya di kuburan orang shalih. Beliau juga melarang Yahudi dan Nashrani menjadikan kuburan orang shalih mereka sebagai Masjid. Hal ini dikarenakan pengagungan kuburan orang shalih ini termasuk salah satu sebab terbesar terjadinya kesyirikan.
Penafsiran Ibnu Abbas

Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa´, yaghuts, ya´uq dan nasr”. [Nuh : 23]

Ibnu Abbas menafsirkan firman Allah diatas bahwa kelima orang shalih tersebut hidup di zaman Nabi Nuh. Ketika mereka wafat maka dibuatkanlah patung untuk mengenang kesalihan mereka, dan kuburan mereka dijadikan tempat i’tikaf. Maka syaitan menghiasi amalan ini sehingga masyarakat menganggapnya sebagai amalan yang bagus. Maka setelah berlalu beberapa generasi dan hilang ilmu bahwa patung tersebut hanya sekedar pengingat terhadap kesalihan orang tersebut, maka dijadikanlah patung-patung tersebut sebagai sesembahan selain Allah.
Nabi Berdoa Agar Kuburannya Tidak Dijadikan Berhala

Diriwayatkan oleh Imam Malik dalam kitab Al Muwatha’ bahwa Rasulullah bersabda, “Ya Allah, janganlah Engkau menjadikan kuburanku sebagai berhala yang disembah, sangat keras kemurkaan Allah terhadap kaum yang menjadikan kuburan Nabi mereka sebagai masjid.”

Hadits dengan riwayat Imam Malik ini terputus sanadnya, akan tetapi terdapat hadits yang lain yang tersambung sanadnya kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasalam. Diantaranya diriwayatkan oleh Imam Al Bazar dari sahabat Abu Sa’id Al Khudry bersambung terhadap Rasulullah. Dan diriwayatkan Imam Ahmad dari sahabat Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda :

Ya Allah janganlah engkau jadikan kuburanku sebagai berhala yang disembah, Allah melaknat suatu kaum yang menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid.

Sehingga hadits Imam Malik diatas secara umum dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani berdasarkan jalan-jalan yang lain.

Rasulullah berdoa seperti di atas karena khawatir apabila umat Islam terjatuh kepada kesyirikan setelah kematian Rasulullah baik dengan jalan menjadikan kuburan orang shalih sebagai masjid ataupun dengan sebab yang lain. Sehingga merupakan kesalahan bagi orang yang menganggap bahwa larangan pembuatan patung atau gambar orang shalih yang dikhawatirkan menjadi berhala yang disembah hanya berlaku bagi umat terdahulu saja. Dalam hadits disebutkan bahwa akan muncul suatu kaum dari umat Islam yang selalu mengikuti langkah-langkah Yahudi dan Nashrani, bahkan tatkala mereka masuk ke dalam lubang biawak, sekelompok umat Islam tersebut tetap mengikuti mereka. Dalam hadits lain disebutkan bahwa tidak akan terjadi hari kiamat sampai ada sebagian umat Islam yang menyembah berhala.

Doa Nabi di atas dikabulkan Allah, sebagaimana doa Nabi Ibrahim agar beliau dan keturunannya dijauhkan dari penyembahan terhadap berhala.

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. [Ibrahim : 35]

Salah satu hikmah Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasalam dikuburkan di tempat beliau meninggal tidak di kuburan umum kaum muslimin adalah untuk menghindari terjadinya pengagungan kuburan beliau.
Makna Menjadikan Kuburan Sebagai Masjid

Terdapat tiga makna menjadikan kuburan sebagai masjid, yaitu :

* Membangun masjid di atas kuburan
* Shalat di atas kuburan
* Shalat menghadap kuburan

Dalam riwayat Imam Muhammad bin Jarir Ath Thabari ketika membawakan penafsiran Imam Mujahid (murid sahabat Ibnu Abbas) mengenai firman Allah :

Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al Laata dan Al Uzza, dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)? [An-Najm : 19 – 20]
Makna Kata Al Laata

Terdapat dua cara dalam membaca kata Al Laata ini, yaitu :

* اللت Al Laata (tanpa tasydid) = bermakna Al Ilah (sesembahan)
* اللتّ Al Laatta (dengan tasydid) = bermakna orang yang membuat adonan roti

Mujahid membaca Al Laata dengan Al Laatta (dengan tasydid), sehingga ditafsirkan bahwa patung putih yang terdapat di Thaif dulunya sebagai orang yang membuatkan adonan roti (memberikan pelayanan, Khadimul Haramain) untuk para jama’ah haji yang datang ke Makkah dan Madinah, memiliki kebaikan yang banyak dan sangat disenangi masyarakat. Maka tatkala orang ini mati orang-orang menjadikan kuburannya sebagai tempat untuk i’tikaf.
Rasulullah Melarang Wanita Terlalu Sering Berziarah

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah melaknat wanita yang berziarah kubur dan orang-orang yang menjadikan kuburan sebagai masjid dan yang memberikan lentera (lampu) di kuburan.

Akan tetapi hadits dengan lafadh di atas terdapat kelemahan, sedangkan dalam hadits Hasan bin Tsabit yang diriwayatkan Imam Ibnu Majah dengan sanad yang lebih kuat disebutkan bahwa yang dilaknat adalah wanita yang sering menziarahi kubur, sehingga wanita kadang-kadang boleh berziarah kubur.
Kesimpulan

Kesimpulan dari ringkasan kajian di atas bahwa kita dilarang menjadikan kuburan orang shalih sebagai masjid baik dengan membangun masjid di atas kuburan, shalat di atas kuburan, shalat menghadap kuburan, ataupun ibadah-ibadah lain yang dilarang mengerjakannya di kuburan seperti membaca Al-Qur’an dan i’tikaf (berdiam diri). Karena mengerjakan ibadah-ibadah tersebut di kuburan orang shalih dan berlebihan dalam mengagungkannya merupakan salah satu pintu terbesar terjerumusnya seseorang dalam kesyirikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar