Jumat, 11 Juni 2010

CINTA seorang ANAK kepada IBUNYA



Dalam Misykaatul Anwaar menerangkan, bahwa.....

Nabi Isa ‘alaihis salam telah berkata kepada Ibunya Siti Maryam: "Sesunguhnya ini adalah kampung yang akan musnah dan sesungguhnya akhirat itu adalah kampung yang kekal. Oleh itu marilah Ibu bersama saya."

Setelah Nabi Isa berkata demikian pada Ibunya, maka berangkatlah beliau bersama dengan ibunya menuju ke Gunung Lebanon.
Apabila sampai di gunung tersebut maka Nabi Isa ‘alaihis salam bersama ibunya berpuasa pada siang hari dan mendirikan shalat pada malam hari. Makanan mereka terdiri dari pohon kayu dan meminum air hujan.

Setelah sekian lama beliau dan Ibunya tinggal di Gunung Lebanon, maka suatu hari beliau turun dari gunung untuk mencari daun kayu untuk berbuka puasa untuk mereka berdua.
Setelah Nabi Isa a.s. turun maka datanglah Malaikat Maut menghampiri Siti Maryam dengan berkata: "Assalamualaiki ya Maryam! Orang yang sangat patuh mengerjakan puasa pada siang hari dan mengerjakan shalat pada malam hari."

Sebaik saja Siti Maryam melihat orang yang memberi salam itu, maka berkata Maryam: "Siapakah kamu ini? Badan dan seluruh anggota tubuhku menggeletar dan rasa takut pula apabila mendengar suaramu?!”

Malaikat Maut berkata: "Aku adalah Malaikat yang tidak mempunyai belas kasihan kepada sesiapun, baik dia anak kecil, orang tua, atau sebagainya sebab aku adalah Malaikat pencabut nyawa."

Mendengar akan penjelasan dari Malaikat Maut itu, maka Maryam berkata: "Wahai Malaikat Maut, adakah kedatangan kamu ini untuk menziarahi aku atau untuk mencabut nyawa aku?"
Lalu berkata Malaikat Maut: "Wahai Maryam, kedatanganku adalah untuk mencabut rohmu."

Apabila Maryam mengetahui bahwa Malaikat Maut datang untuk mencabut nyawanya maka berkata Maryam: "Wahai Malaikat Maut, apakah kamu tidak mau memberikan peluang sehingga anakku pulang? Karena dia yang menjadi buah indah mataku, yang menjadi anak kasih sayangku, yang menjadi buah hatiku, yang menjadi penawar mengubati kerisauan hatiku?"

Malaikat Maut pun menjelaskan perintahnya dengan berkata: "Wahai Maryam, sebenarnya aku tidak diperintahkan menurut perintah kamu. Aku ini hanyalah hamba yang diperintah.
Dan demi ALLAH, aku tidak akan mencabut nyawa walaupun seekor nyamuk kalau aku tidak diperintahkan, sesungguhnya aku telah diperintahkan oleh ALLAH Subhaanahu wa ta’ala supaya aku tidak mensia-siakan waktu, walau satu saat pun untuk mencabut rohmu ditempat ini."

Setelah Maryam mendengar penjelasan dari Malaikat Maut, maka dengan hati yang ikhlas Maryam berkata: "Wahai Malaikat Maut, kamu telah menerima perintah Allah Subhaanahu wa ta’ala, olehnya itu kamu laksanakanlah perintah itu dengan segera."
Malaikat Maut mendekati Siti Maryam dan mencabut rohnya.

Kebetulan pula di saat itu Nabi Isa ‘alaihis salam lambat pulang. Beliau pulang apabila waktu Isya yang akhir. Setelah Nabi beliau naik ke atas gunung dengan membawa bekalan untuk berbuka puasa. Maka beliau melihat Ibunya sedang berada di tempat shalat, beliau menyangka bahwa Ibunya sedang shalat. Maka beliau pun meletakkan daun-daun yang dibawa untuk berbuka puasa dan meletakkannya dekat Ibunya, lalu beliau berdiri menghadap Kiblat.

Setelah sekian lama, maka beliau pun memanggil Ibunya: "Assalamualaiki ya Ibu! Waktu malam telah tiba dan orang yang berpuasa telah berbuka dan telah berdiri orang yang beribadah. Mengapa Ibu tidak beribadah kepada Rabb yang Maha Pengasih?"

Nabi Isa ‘alaihis salam menyangka Ibunya sedang tidur, lalu beliau berkata: "Sesungguhnya, dalam tidur itu terdapat kelazatan?"
Beliau memandang ke tempat Ibunya dan didapatinya Ibunya tidak makan apa-apa walaupun 2/3 malam telah berlalu.

Beliau memanggil lagi Ibunya: "Assalamualaiki yaa Ummaahu?"
Oleh karena hari telah menjelang fajar dan Ibunya tidak bangun lagi, maka beliau pun menghampiri Ibunya, lalu beliau meletakkan pipinya pada pipi Ibunya dan meletakkan mulutnya pada pipi Ibunya.
Dengan menangis yang kuat beliau berkata: "Assalamualaiki yaa Ummaahu, malam telah berlalu dan fajar telah menjelma, ini adalah masa untuk menunaikan fardhu yang telah di wajibkan oleh Rabb yang Maha Pengasih."

Setelah Nabi Isa ‘alaihis salam berkata demikian, maka menangislah para Malaikat di langit dan para jin yang berada di sekitarnya, dan bergoncanglah gunung di bawahnya.

Kemudian ALLAH Subhaanahu wa ta’ala mewahyukan kepada para Malaikat, ALLAH berfirman: "Apakah yang menyebabkan kamu semua menangis?"
Maka berkata para Malaikat: "Ya Rabb kami, ENGKAU Maha Mengetahui."
Lalu ALLAH berfirman lagi: "Sesungguhnya AKU Maha Mengetahui dan AKU Maha Kasih Sayang."

Setelah itu, tiba-tiba kedengaran satu suara yang berbunyi: "Wahai Isa Nabi ALLAH, angkatlah kepalamu itu, sesungguhnya Ibumu itu telah meninggal dunia dan ALLAH Subhaanahu wa ta’ala telah melipatgandakan pahalamu.”

Sebaik saja Nabi Isa ‘alaihis salam mendengar suara tersebut maka beliau pun mengangkat kepala sambil menangis lalu berkata: "Siapakah yang akan menjadi temanku di waktu aku sunyi dan di waktu aku menangis, dan dengan siapakah dapat aku ajak berkata-kata, dan siapa pula yang dapat membantu aku dalam ibadahku?"

Kemudian Allah SWT mewahyukan pada gunung: "Wahai gunung, nasihatilah Isa ‘alaihis salam, kekasih-KU".
Setelah gunung menerima wahyu, maka berkatalah gunung: "Wahai Isa, apakah arti kesusahanmu itu? Ataukah kamu mau ALLAH sebagai pendampingmu yang menggembirakan?"

Setelah beliau mendengar kata-kata gunung maka turunlah beliau ke sebuah desa tempat tinggal Bani Israil, maka berkata beliau: "Assalamualaikum yaa Bani Israil."
Apabila kaum Bani Israil melihat ada orang memberi salam maka mereka pun berkata: "Siapakah kamu ini wahai hamba ALLAH? Cantik sekali wajahmu dan telah menyinari rumah-rumah kami."
Lalu beliau berkata: "Aku adalah Isa ‘alaihis salam, Ibuku telahmeninggal dunia, karena itu tolonglah aku untuk memandikan, mengkafankan dan memakamkan Ibuku."
Maka berkata kaum Bani Israil: "Wahai Isa, di atas gunung itu terlampau banyak ular yang besar-besar dan bermacam-macam ular yang belum pernah kami lihat, dan tidak pernah dilalui oleh para orang tua kami dan nenek moyang kami sejak 300 tahun."

Setelah beliau mendapati bahwa mereka tidak mau menolongnya, maka beliau pun naik semula ke atas gunung. Sebaik sahaja beliau naik, maka beliau melihat ada 2 orang pemuda yang sangat cantik rupa parasnya. Lalu beliau member salam dan dibalas salam oleh kedua pemuda itu.

Kemudian Nabi Isa ‘alaihis salam berkata: "Wahai pemuda, sesungguhnya Ibuku telah meninggal dunia. Oleh itu aku mohon kepada kamu berdua supaya dapat menolongku untuk menguruskannya."
Lalu berkata salah seorang dari pemuda itu: "Aku ini sebenarnya adalah Malaikat Mikail dan sahabat saya yang satu lagi ialah Malaikat Jibril."

Kemudian Malaikat Mikail mengeluarkan barang-barang yang dibawanya dengan berkata: "Ini adalah obat tubuh dan kain kafan dari Rabbmu. Dan para bidadari jelita sekarang sedang turun dari syurga untuk memandikan dan mengkafani Ibumu."

Setelah Malaikat Mikail berkata demikian, maka Malaikat Jibril pun menggali kubur di atas gunung itu. Setelah selesai segala kerja memandikan dan mengkafani yang dilakukan oleh para bidadari, dan setelah selesai di shalatkan, maka mereka bertiga pun mengebumikan jasad Siti Maryam dalam kubur.

Setelah selesai maka Nabi ‘alaihis salam pun berdoa kepada ALLAH Subhaanahu wa ta’ala:
"Ya ALLAH, sesungguhya ENGKAU mengetahui tempatku dan ENGKAU mendengar kata-kataku dan tidak sedikitpun urusanku yang bersembunyi bagi ENGKAU. Ibuku telah meninggal dunia sedang aku tidak menyaksikannya di waktu ia wafat. Olehnya itu, izinkan ya ALLAH dia berkata sesuatu kepadaku."
Kemudian ALLAH mewahyukan kepada Nabi Isa ‘alaihis salam, ALLAH berfirman: "Sesungguhnya AKU telah memberi izin kepadanya."

Setelah beliau menerima wahyu dari ALLAH Subhaanahu wa ta’ala, maka beliau pun pergi kekubur Ibunya lalu berkata: "Assalamualaiki ya Ibu! Bagaimanakah dengan tempat pembaringanmu dan tempat kembalimu, dan dan bagaimana pula kedatangan Rabbmu dan Rabbku?"
Berkata Ibunya: "Tempat pembaringanku adalah sebaik-baik tempat pembaringan, dan tempat kembaliku adalah sebaik-baik tempat kembali, sedang aku mengadap kepada Rabbku. Aku tahu bahwa DIA telah menerimaku dengan rela."

Berkata Nabi Isa ‘alaihis salam: "Wahai Ibu, bagaimana rasa sakitnya ketika mati?"
Ibunya menjawab: "Demi ALLAH yang telah mengutusmu sebagai Nabi dengan sebenar-benarnya, belum hilang rasa pedihnya mati, demikian juga dengan rupa Malakat Maut belum lagi hilang dari pandangan mataku.
Alaikas salam wahai kasih sayangku sampai hari Kiamat."
*#*#*#*#*
"Jiwa-jiwa mahsyar tersenyum penuh kemenangan.
Menggenggam Al-Qur’an di tangan kanan.
Beralaskan permadani dan intan berlian.
Meminum minuman yang menyegarkan dibawah naungan payung yang meneduhkan.
Tak ada kesusahan dan kerisauan.
Yang ada hanyalah keselamatan yang telah ALLAH janjikan."


http://www.darulnuman.com/mhikmah/remaja/budi.html
http://lasiaf87.wordpress.com/2007/06/29/kisah-cintanya-seorang-anak-kepada-seorang-ibu/


Semoga bermanfaat, amin, insya ALLAH....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar