Minggu, 06 Juni 2010

Hari Raya yang Sunah dan yang Bid’ah

Banyak orang yang sudah mengenal pentingnya sunah dan bahaya bid’ah dihinggapi kebingungan tentang kaedah yang tepat untuk membedakan antara ied, hari raya, perayaan dan peringatan yang bid’ah dan yang bukan. Hal yang sama juga saya alami. Oleh karena itu, saya pun terus mencari. Sampai hari ini hasil pencarian yang paling bagus yang saya dapatkan adalah penjelasan dari para ulama yang ada di Lajnah Daimah. Fatwa ini secara tidak sengaja saya baca pertama kali di http:www. Islamway.com/?iw_s=Fatwa&i
w_a=view&fatwa_id=3570.

Kemudian dengan taufik dari Allah kemudian info dari akhuna fadhil Muhammad Abduh saya jumpai teks fatwa tersebut di Fatawa Lajnah Daimah jilid 3 halaman 88-89 terbitan Dar Balansiah Riyadh, cetakan ketiga tahun 1421 H. Fatwa tersebut ditandatangani oleh Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz sebagai ketua Lajnah Daimah dan Syeikh Abdurrazaq Afifi sebagai wakil ketua Lajnah Daimah.

Berikut ini teks fatwa Lajnah Daimah:

ما هو حكم الشرع في الاحتفال بمولد الرسول صلى الله عليه وسلم ، وبعيد مولد الأطفال ، وعيد الأم ، وأسبوع الشجرة ، واليوم الوطني ؟

Lajnah Daimah mendapatkan pertanyaan sebagai berikut, “Apa hukumnya menurut agama mengadakan peringatan maulid nabi, hari anak, hari ibu, pekan pohon (nasional) dan hari kemerdekaan?”

الحمد لله
أولًا: العيد اسم لما يعود من الاجتماع على وجه معتاد إما بعود السنة أو الشهر أو الأسبوع أو نحو ذلك فالعيد يجمع أموراً منها: يوم عائد كيوم عيد الفطر ويوم الجمعة، ومنها: الاجتماع في ذلك اليوم، ومنها: الأعمال التي يقام بها في ذلك اليوم من عبادات وعادات.

Jawaban Lajnah Daimah adalah sebagai berikut:

Yang disebut ied atau hari perayaan secara istilah adalah semua bentuk perkumpulan yang berulang secara periodik boleh jadi tahunan, bulanan, mingguan atau semisalnya. Jadi dalam ied terkumpul beberapa hal
a) hari yang berulang semisal idul fitri dan hari Jumat,
b) berkumpulnya banyak orang pada hari tersebut,
c) berbagai aktivitas yang dilakukan pada hari itu baik berupa ritual ibadah ataupun non ibadah

ثانيًا: ما كان من ذلك مقصوداً به التنسك والتقرب أو التعظيم كسبًا للأجر، أو كان فيه تشبه بأهل الجاهلية أو نحوهم من طوائف الكفار فهو بدعة محدثة ممنوعة داخلة في عموم قول النبي صلى الله عليه وسلم: “من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد” رواه البخاري ومسلم، مثال ذلك الاحتفال بعيد المولد وعيد الأم والعيد الوطني لما في الأول من إحداث عبادة لم يأذن بها الله، وكما في ذلك التشبه بالنصارى ونحوهم من الكفرة، ولما في الثاني والثالث من التشبه بالكفار،

Hukum ied terbagi menjadi dua. Ied yang tujuannya adalah beribadah, mendekatkan diri kepada Allah dan mengagungkan hari tersebut dalam rangka mendapat pahala atau id yang mengandung unsur menyerupai orang-orang jahiliah atau golongan-golongan orang kafir yang lain maka hukumnya adalah bid’ah yang terlarang karena tercakup dalam sabda Nabi, “Barang siapa yang mengada-adakan amal dalam agama kami ini padahal bukanlah bagian dari agama maka amal tersebut tertolak” (HR Bukhari dan Muslim).

Misalnya adalah peringatan maulid nabi, hari ibu dan hari kemerdekaan. Peringatan maulid nabi itu terlarang karena hal itu termasuk mengada-adakan ritual yang tidak pernah Alloh izinkan disamping menyerupai orang-orang Nasrani dan golongan orang kafir yang lain. Sedangkan hari ibu dan hari kemerdekaan terlarang karena menyerupai orang kafir.

وما كان المقصود منه تنظيم الأعمال مثلًا لمصلحة الأمة وضبط أمورها، وتنظيم مواعيد الدراسة والاجتماع بالموظفين للعمل ونحو ذلك مما لا يفضي به التقرب والعبادة والتعظيم بالأصالة، فهو من البدع العادية التي لا يشملها قوله صلى الله عليه وسلم: “من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد” فلا حرج فيه بل يكون مشروعًا.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم.
فتاوى اللجنة الدائمة بالسعودية

Sedangkan ied yang bertujuan untuk sekedar memenej kegiatan untuk kepentingan satu negara dan dalam rangka mengatur kepentingan negara, semisal pekan lalu lintas, pengaturan jadwal pelajaran (baca:kalender pendidikan) dan jadwal pertemuan dengan para pegawai untuk membuat rencana kerja (semisal raker, pent) dan hal-hal lain yang sama sekali tidak menyebabkan hal tersebut dijadikan sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah serta pengagungan terhadap hari-hari tertentu. Id dalam bentuk semacam ini termasuk inovasi dalam masalah dunia sehingga tidak termasuk ke dalam sabda Nabi, “Barang siapa yang mengada-adakan amal dalam agama kami ini padahal bukanlah bagian dari agama maka amal tersebut tertolak” (HR Bukhari dan Muslim).
Oleh karenanya, ied semacam itu hukumnya tidak mengapa bahkan dianjurkan (karena membawa manfaat, pent)”.
Sampai di sini penjelasan dari Lajnah Daimah.

***

Dari keterangan di atas kita bisa berkesimpulan bahwa id dalam artian hari atau kegiatan yang rutin berulang secara periodik terbagi menjadi dua, ada yang terlarang dan ada yang dibolehkan.
Yang terlarang juga ada dua macam. Yang pertama adalah id yang diperingati atau dirayakan dalam rangka mencari pahala padahal tidak pernah Nabi ajarkan. Yang kedua adalah id yang pada asalnya berasal dari kebiasaan orang-orang kafir.
Sedangkan id yang diperbolehkan adalah id yang terkait dengan perkara murni dunia dan dengan tujuan sekedar memenej dan mengorganisir kegiatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar