Jumat, 11 Juni 2010

Indahnya Rumah Tangga di Bawah Naungan Manhaj Nubuwwah

Bismillaahirrohmaanirrohiim …


RUMAH TANGGA SEBUAH AMANAH

Kewajiban paling utama, tanggung jawab paling besar, dan amanah paling berat adalah pendidikan terhadap keluarga dan bimbingan untuk rumah tangga. Pendidikan keluarga bukan sekedar kegiatan sambilan, pemikiran sederhana, atau upaya ala kadarnya. Namun, merupakan kebutuhan asasi dan masalah yang sangat urgen serta memiliki konsekuensi jauh ke depan dalam menentukan masa depan rumah tangga.

Seorang muslim harus bertanggung jawab atas segala kekurangan dan kesesatan yang terjadi di tengah keluarganya.

Dari Ibnu Umar Rodhiyalloohu ‘Anhuma berkata: Aku mendengar Rosululloh bersabda,

“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai tanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai tanggung jawab atas kepemimpinannya dan seorang laki-laki adalah pemimpin dan akan dimintai tanggung jawab atas kepemimpinannya, dan wanita adalah penanggung jawab terhadap rumah suaminya dan akan diminta tanggung jawabnya, serta pembantu adalah penanggung jawab atas harta benda majikannya dan akan diminta tanggung jawabnya.” (Diriwayatkan Bukhori dalam Shohih-nya: 893, 2409, 2554, 2558, 2571, 5188, 5200, dan 7138. Juga oleh Muslim dalam Shohih-nya 4701, dan oleh Tirmidzi dalam Sunan-nya: 1705)




BEKAL MEMBINA RUMAH TANGGA

Ilmu yang bermanfaat berfungsi sebagai pemusnah secara tuntas dua penyakit rohani yang paling berbahaya dan menjadi biang penyakit hati yaitu syubhat dan syahwat. Maka sebagai seorang pendidik, sebelum membina keluarganya, harus membekali dirinya dengan ilmu agama yang cukup. Sehingga dengan bekal ilmu agama yang bermanfaat, semua urusan rumah tangga menjadi lebih mudah dan berdakwah di tengah keluarga menjadi lancar. Apalagi bila ilmu telah meresap ke dalam hati.


AKHLAK SEORANG PENDIDIK

Seorang Pembina rumah tangga harus berilmu, berperangai lemah lembut, bersabar dalam mendidik, sehingga akan memberikan kesan yang baik pada keluarga, seperti firman Alloh:

“Maka disebabkan rohmat dari Alloh-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauh dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imron [3]: 159)



Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rohimahulloh berkata:

“Hendaknya tidak menyeru kebaikan dan melarang kemungkaran kecuali setelah memiliki tiga bekal: berilmu sebelum menyeru kebaikan dan melarang kemungkaran, berperangai lemah lembut ketika menyeru kebaikan dan melarang kemungkaran, serta bersabar setelah menyeru kebaikan dan melarang kemungkaran.” (al-Amr bil Ma’ruf wan Nahyu ‘anil Munkar, Ibnu Taimiyah, hal. 57)



Hendaknya seorang pendidik paling terdepan dalam memberi contoh karena sangat berat ancaman orang yang tidak konsekuen terhadap ajakannya, sebagaimana sabda Nabi Shollalloohu ‘Alaihi wa Sallam:

“Nanti pada hari kiamat ada seseorang didatangkan lalu dilemparkan ke dalam neraka, maka ususnya keluar. Lalu ia berputar-putar di sekitar penggilingan. Kemudian penghuni neraka mengerumuninya dan bertanya, ‘Hai Fulan, ada apa denganmu? Bukankah kamu yang menyeru kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran?’ Ia menjawab, ‘Ya, aku telah menyeru kepada kebaikan tetapi aku sendiri tidak mengerjakannya dan aku melarang orang dari kemungkaran tetapi aku sendiri mengerjakannya.’” (Diriwayatkan oleh Bukhori dalam Shohih-nya: 3267, 7098. Juga oleh Imam Muslim dalam shohih-nya: 7408)



Hadits shohih di atas memberi petunjuk bahwa orang yang mengetahui kebaikan dan kemungkaran lalu melanggarnya lebih berat siksaannya daripada orang yang tidak mengetahuinya karena ia seperti orang yang menghina larangan Alloh dan meremehkan syari’at-Nya, sehingga ia termasuk ahli ilmu yang tidak bermanfaat ilmunya.


WAHAI SAUDARAKU, PARA SUAMI …

Wahai sang suami, sungguh engkaulah pemegang kendali rumah tangga, ikatan pernikahan dan perjanjian yang berat, karena Alloh berfirman:

“Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat ...” (QS. An-Nisa’ [4]: 21)



Anda telah memikul tanggung jawab, memegang amanat, dan beban rumah tangga. Hubungan pernikahan merupakan kemuliaan bagi laki-laki dan perempuan, maka secara fitroh dan naluri masing-masing memiliki tugas hidup agar kehidupan rumah tangga berjalan normal dan lurus seperti firman Alloh:

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Alloh telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka." (QS. An-Nisa’ [4]: 34)



Upayakan kendali rumah tangga, tetap berada di tanganmu. Jangan bersikap lemah dan tidak berwibawa serta tidak berdaya di hadapan tuntutan dan tekanan istrimu, yang bisa mengakibatkan ia menghinamu, memperbudakmu, dan merendahkanmu, sehingga kehidupan rumah tanggamu berantakan bagai neraka. Begitu pula, jangan engkau menghinanya dan menzholiminya, sebab sikap semena-mena itu menunjukkan kerdilnya sebuah kepribadian. Terimalah kebaikan yang telah diberikan kepadamu dengan senang hati dan bersabarlah atas berbagai kekurangannya, serta jangan mengangan-angankan kesempurnaan darinya.


WAHAI SAUDARIKU, PARA ISTRI …

Setiap kesalahan yang dilakukan oleh seorang istri, perasaan yang mengikuti hawa nafsu, sikap cemburu, atau perasaan was-was hanya merupakan bisikan setan dan bersumber dari lemahnya iman kepada Alloh, sehingga rumah tangga berubah menjadi berantakan laksana neraka dan rumah tangga menjadi porak-poranda bagaikan bangunan disambar halilintar; akibatnya semua pihak menyesali pernikahan tersebut. Atau boleh jadi karena kesalahan sang istri menjadi penyebab talak (perceraian), kemudian jiwa goncang dan ditimpa kegelisahan yang sangat berat.

Betapa indahnya bila Anda meluruskan hati, akhlaq, dan tabiat ketika bergaul bersama suami dan kerabat suami. Betapa eloknya bila Anda selalu menggunakan akal sehat dan kesabaran dalam setiap menghadapi urusan rumah tangga.

Semoga saudariku muslimah mendapat taufiq dan hidayah dengan etika Islam, mau menyempurnakan akal pikiran dengan ilmu dan ma’rifah, dan menyembuhkan hatinya dengan keimanan kepada Alloh, sehingga kehidupan penuh dengan suasana bahagia dan hidup bersama sang suami penuh dengan ketenangan dan ketemteraman serta kegembiraan.

Wahai para istri, tunaikanlah kewajibanmu terhadap suamimu, niscaya engkau akan mendapatkan kasih sayang dan cintanya.


KEWAJIBAN SEORANG SUAMI

Kewajiban sebagai seorang suami banyak sekali, namun yang terpenting antara lain:

1. Kewajiban materi, meliputi pemberian nafkah, kebutuhan pakaian, dan kebutuhan pendidikan keluarga serta tempat tinggal.

2. Tidak boleh memberatkan istri dengan mengajukan berbagai tuntutan kebutuhan di luar kemampuannya, dan tidak boleh membuat suasana kacau karena permasalahan sepele

3. Kewajiban non-materi seorang suami, meliputi menggembirakan istri dan bersikap lemah lembut dalam bertutur kata. Sang suami harus bermusyawarah dan mengambil pendapat sang istri dalam rangka menunaikan kebaikan. Begitu juga, sang suami harus berterima kasih kepada jerih payah istrinya, dan tidak boleh mendiamkan di atas tiga hari karena urusan keduniaan.

4. Hendaknya seorang suami memberi kesempatan bagi istrinya untuk beramal sholih, bersedekah dengan hartanya, memberi hadiah, menyambut tamu dari keluarga dan kerabatnya, serta setiap orang yang mempunyai hak atasnya.

5. hendaklah mengambil waktu yang cukup untuk tinggal di rumah dan berusaha semaksimal mungkin menghindari keluar rumah tanpa tujuan dan sering bepergian, sering keluar rumah untuk begadang tanpa manfaat, karena yang demikian itu bisa membawa kehancuran.

6. Hendaknya sang suami tidak melarang istrinya berkunjung kepada keluarga dan kerabatnya, asal tidak berlebihan.

7. Wajib bagi laki-laki memberikan perhatian yang cukup, melarangnya keluar pasar dan yang lainnya seorang diri, dan harus menjauhkannya dari tempat yang ikhtilath (bercampur) dan kholwah (berduaan/menyepi) dengan laki-laki lain. Begitu juga seorang suami harus menjauhkan diri dari rumahnya sesuatu yang merusak aqidah dan akhlaq keluarga, dan menyingkirkan segala sarana maksiat yang menghancurkan kehormatan.

8. Seorang suami harus mengajarkan kepada istri-istrinya ilmu agama dan mendidiknya di atas kebaikan, serta menyiapkan segala kebutuhannya dalam rangka meraih ilmu dan istiqomah dalam beragama sesuai dengan ajaran Alloh.


KEWAJIBAN SEORANG ISTRI

Di antara kewajiban sebagai seorang istri yang paling utama dan prinsip, antara lain:

1. Menaati dan mematuhi perintah suami selagi tidak menganjurkan maksiat kepada Alloh, karena tidak ada ketaatan kepada makhluk bila menganjurkan kepada maksiat dan pelanggaran terhadap ajaran Alloh.

2. Dalam bidang materi, seorang istri harus memberi pelayanan fisik, baik yang berkaitan dengan kebutuhan pribadi suami atau rumah tangganya, sehingga ibadah nafilah (sunnah) menjadi gugur demi menunaikan tugas tersebut.

3. Dalam bidang rohani, seorang istri harus menjaga perasaan sang suami dan menciptakan suasana tenang dan kondusif dalam rumah tangga, sehingga membantu meringankan beban dan penderitaan yang menimpa suaminya.

4. Dalam bidang kesejahteraan, seorang istri harus mengingatkan suami tentang kebaikan dan membantu dalam ketaatan, serta membantu dalam bidang sosial, menyantuni fakir miskin, dan membantu orang-orang yang lemah untuk memenuhi kebutuhan mereka.

5. Dalam bidang pendidikan, seorang istri harus membantu sang suami dengan jiwa raga, menerima segala nasihat dan pengarahan sang suami. Begitu, dia harus membantu sang suami dalam rangka mendidik dan meluruskan adab anak-anak, serta menghindarkan sikap antipati dan masa bodoh terhadap masa depan dan pendidikan anak.

6. Hendaklah seorang istri tidak mengajukan tuntutan nafkah atau yang lainnya yang memberatkan atau mempersulit sang suami.

7. Tidak berkhianat dalam diri suami, harta benda, dan rahasia-rahasianya.


BALASAN BAGI RUMAH TANGGA YANG BERHASIL

Tiada amal sholih yang dianggap sia-sia oleh agama. Setiap kebaikan sekecil apapun pasti mendapat balasan. Setiap kebaikan yang disemai di ladang subur, pada musim panen pasti memetik hasilnya. Maka suami dan istri yang telah membina rumah tangga dengan baik dan mengerahkan berbagai macam pengorbanan untuk mendidik keluarga, Alloh akan memberi balasan yang besar.

Cukuplah balasan nikmat baginya berupa sanjungan, pujian, dan pahala yang besar setelah wafatnya, seperti yang telah ditegaskan sebuah hadits dari Abu Huroiroh Rodhiyallohu ’Anhu, ia berkata bahwa Rosululloh Shollalloohu ’Alaihi wa Sallam bersabda:

”Jika manusia meninggal maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: shodaqoh jariah, ilmu yang bermanfaat, atau anak yang sholih yang mendoakannya.” (HR. Bukhori 7/247 no. 6514, dan Muslim 3/1016 no. 1631)



Pembinaan rumah tangga secara baik, mampu mengangkat martabat, memperbaiki nasib rezeki, mengukir prestasi, memelihara moral generasi, dan menanggulangi dekadensi sehingga membuat hati tenang dan jiwa lapang. Maka pembinaan harus berbasis penumbuhan kesadaran, keimanan, ketaqwaan, dan pengendalian diri, serta mampu membentuk suasana damai dan mesra sehingga perasaan kasih sayang dapat tumbuh dengan subur.




Sumber: Majalah al-Mawaddah, Edisi 1 Tahun Ke-1 (1428/2007), Halaman 22 – 25.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar