Minggu, 27 Juni 2010

Melunakkan Hati Wanita Agar Menerima Poligami

Wanita adalah manusia kedua dari segi penciptaanya, ia diciptakan setelah Adam a.s. Menurut sumber sejarah yang otentik dan terpercaya. Adam as bukan dilahirkan, tetapi diciptakan. Sedangkan bahan baku Adam as adalah tanah, dan air (al-Tiin), bahasa indonesia disebut dengan ‘’Lumpur’’, tetapi bukan lumpur lapindo. Sedangkan wanita adalah selnya (bagian) dari lelaki atau yang dikenal dengan (sulbi). Dunia medis mulai membuktikan dengan penemuan-penemuan terbarunya (riset) ilmiyahnya yang dikenal dengan ‘’klonisasi’’ atau yang populer dengan cloning. Jadi, prosesnya Hawa’ sebagai istri Adam telah dibuktikan dengan cara ilmiyah di dunia modern, walaupun kebenarannya tidak mutlak.
Karakteristik wanita itu sungguh sangat unik nan menarik, ini disebabkan dari asal asulnya. Menurut literatur hadis, wanita itu diciptakan dari tulang rusuk laki-laki yang keras nan bengkok. Wajar sekali jika ia memiliki sifat keras dan egois. Dan ini sudah dirasakan oleh setiap suami, bagaimana karakter wanita yang sesungguhnya saat membina rumah tangga. Ada yang tidak betah, sehingga sang suami meninggalkan, dan memimilih beristri lagi.

Dasar yang dipergunakan oleh ilmuan-ilmuan muslim yaitu hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah. Isi kandungan hadis di bawah ini mengisaratkan bahwa wanita itu tercipta dari sel (sulbi) laki-laki.
عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم قال ( من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فلا يؤذي جاره واستوصوا بالنساء خيرا فإنهن خلقن من ضلع ( رواه البخاري 4890 )
Diriwayatkan oleh sahabat Abi Hurairah RA, dari Rosulullah SAW, beliau bersabda “barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya tidak menyakiti tetangganya, dan saling berpesanlah kalian terhadap kaum wanita dengan lemah lembut, karena pada dasarnya kaum wanita itu diciptakan dari tulang rusuk “

Bebarapa ayat al-Qur’an juga mengisaratkan bahwa wanita itu tercipta dari selnya (sulbi) laki-laki. Walaupun keberanya masih diperlukan penelitian lebih lanjut tengtang kebenarannya.
Di sisi lain, hadis di atas tersirat pesan penting dan khusus untuk kaum laki-laki yang isisnya agar senantiasa berbuat baik, bijaksana terhadap kaum wanita, firman Allah “وعاشروهن بالمعروف . Lebih lanjut lagi, pesan al-Qur’an dan hadis di atas menuntut kaum lelaki agar benar-benar memahami karakteristik wanita dengan baik. Dengan harapan, seorang lelaki kelak mampu menghadapinya dengan bijaksana, bukan dengan amarah dan kasar. Sebab, sebagian besar lelaki memang sangat sulit menghadapi istrinya.

Diantara istri-istri Nabi yang sering menceritakan tengtang bahtera rumah tangganya ialah, Aisyah dan Hafsah r.a. Di dalam beberapa literatur, Aiysah dan Hafsah dua di antara sembilan wanita jelita, yang pernah mengisi hati Nabi. Karakteristiknya hampir tidak berbeda, usianya juga tidak terlalu jauh. Hanya saja, Hahsah dinikahi dalam berstatus Janda, sedangkan Aisyah masih gadis belia.

Keduanya juga seringkali menampakkan kemarahanya kepada Nabi. Aiysah r.a pernah marah, ia memecahkan mangkok. Kelembutan Nabi ternyata seketika itu bisa melunakkan emosi sang istri yang meledak-ledak. Nabi benar-benar menguasai kejiwaan dan karakteristik wanita sepenuhnya. Beliau mampu menundukkan istri-istrinya dengan kelembutan dan kesabaran, sehingga mereka (istri-istrinya) menjadi wanita muslimah sejati sepanjang sejarah peradapan islam.

Di sisi lain wanita juga menjadi sumber fitnah dan permusuhan, sehingga kerusakan dan kemaksiatan di mulai dari kaum hawa .Tapi ingat, dunia bisa cerah, indah, dan menarik karena ada seorang wanita. Keluarga bisa terasa nyaman, tentram, serta menyenangkan karena adanya seotang istri. Wanita menjadi sumber kenikmatan dan sekaligus menjadi bencana. Sungguh sempuran tuhan menciptakan mahluk yang bernama wanita.

Terlepas dari sosok wanita yang menjadi fitnah, hiburan, serta kenikmatan, dan hiasan duniawi dan surgawi kelak. Yang jelas, seorang lelaki harus mampu meneladani Nabi di dalam mendidik dan meluruskan sifat dasar wanita yang keras sebagai seorang istri, yang sekaligus sebagai seorang ibu untuk anak-anakanya. Kewajiban suami ialah menjadikan istrinya menjadi wanita sempurna (sholihah). Sederetan wanita mulai yang dipuji oleh Nabi, dan juga disinyalir di dalam kisah-kisah dalam tafsir al-Qur’an ialah :Aisayah, Khodijah, Asiyah, Masyitoh. Mereka adalah wanita sholehah yang telah dijanjikan surga.

Begitulah muslimah sejati, harapan setiap lelaki, serta pujan setiap orangtua, serta dambaan islam. Kelak, ia mendapatkan penghargaan luar biasa dari penciptanya yaitu surga. Al- Qur’an dan hadis mewanti-wanti agar kita senantiasa berbuat bagi kepada wanita, baik ketika menjadi sosok Ibu, anak, istri. Terkait dengang posisi wanita sebagai seorang Ibu, al-Qur’an mengajarkan sebuah do’a yang artinya:’’ Ya Allah ampunilah dosa-dosaku, begitu pula dosa-dosa kedua orang tuaku, sayangilah keduanya, seperti hanya mereka menyayangiku”.

Terkait dengan posisi wanita sebagai anak, Nabi pernah menuturkan:’’ barang siapa mempunyai tiga putri, dan mendidiknya dengan baik, maka ia akan memperoleh kebahagiaan surga’’. Di dalam redaski lainya’’ memenuhi kebutuhan mereka’’ dan mendidiknya dengan pendidikan agama’’ . Ini adalah kekhususan yang dimiliki oleh anak wanita. Walaupun realitas di lapangan, mendidika anak wanita itu lebih sulit dari pada anak laki-laki, khsusnya di era modern dan internetisasi ini.

Sedangkan terakit dengan posisi sebagai istri. Al-Qur’an dan hadis memberikan apresisasi yang sangat tinggi kepada kaum hawa. Pesan al-Qur’an’’ pergaulilah istrimu dengan baik (ma’ruf). Sedangkan pesan Nabi sangat banyak, salah satunya ialah’’ bimbinglah istri-istrimu dengan baik, sesungguhnya mereka tercipta dari tulang rusuk yang bengkok’’. Pesan ini disampikan menjelang Nabi wafat.

Jika melihat asal muasal wanita, mulai sejarah penciptaanya sampai proses dan posisnnya sebagai seorang anak, istri, dan ibu. Yang menjadikan wanita tidak mau dan menolak mentah-mentah ialah karakternya yang keras, dan menangnya sendiri. Wajar jika mereka menolak dipoligami, apalagi sang suami tidak bisa memberikan ketentraman (kebahagiaan) lahir dan batin.

Jika lelaki ingin berpoligami, mestinnya bersikap lembut, santun dan tidak pernah menyakiti istri baik fisik, lisan, serta hatinya. Menamkan cinta dan sayang sepenuh hati, sehigga sang istri benar-benar meraskan wanita paling bahagia, dan tidak ada lelaki yang lebih perkasa, lebih sholih, dan lebih mapan selain sang suami tercinta. Pertanyaanya, mampukah lelaki menjadi sosok yang seperti Nabi? Silahkan di jawab sendiri-sendiri....( Ini adalah nulilan dari buku yang sedang saya tulis ” Meneladani Monogami Nabi’’.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar