Jumat, 04 Juni 2010

NASIHAT PARA IMAM MAZHAB UNTUK MENGIKUTI SUNNAH

NASIHAT PARA IMAM MAZHAB UNTUK MENGIKUTI SUNNAH

Syeikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
Disalin dari Muqaddimah
Shifatu Shalati An¬Nabiyyi Shallallahu 'alaihi wa sallama min
At¬takbiri ilaa At¬Tasliimi Ka¬annaka Taraahaa
edisi Indonesia Sifat Shalat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam,
oleh Syeikh Muhammad Nashiruddin Al¬Albani,
terbitan Media Hidayah, penerjemah Muhammad Thalib
Kiranya ada gunanya di sini saya paparkan sebahagian atau seluruhnya ucapan-ucapan yang saya ketahui dari mereka. Semoga kutipan ini dapat menjadi pelajaran dan peringatan bagi mereka yang taklid kepada para imam atau kepada yang lainnya dengan cara membabi buta,1 dan berpegang pada mazhab dan pendapat mereka seolah-olah hal itu seperti sebuah firman yang turun dari langit. Allah berfirman.
"Ikutilah oleh kalian apa yang telah diturunkan kepada kalian dari Tuhan kalian dan janganlah kalian mengikuti pemimpin-pemimpin selain Dia. Sungguh sedikit sekali kamu ingat kepadanya".(Al-A'raf: 3)
Berikut ini saya paparkan pernyataan para Imam Mazhab


IMAM ABU HANIFAH

Imam mazhab yang pertama adalah Abu Hanifah Nu'man bin Tsabit. Para muridnya telah meriwayatkan berbagai macam perkataan dan pernyataan beliau yang seluruhnya mengandung satu tujuan, iaitu kewajiban berpegang pada Hadis Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan meninggalkan sikap membela pendapat-pendapat para imam bila bertentangan dengan Hadis Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Ucapan beliau.

1. “Jika suatu Hadis itu sahih, maka itulah mazhabku
2. "Tidak halal bagi seseorang mengikuti perkataan kami bila ia tidak tahu dari mana kami mengambil sumbernya"3

3. Pada riwayat lain dikatakan bahawa beliau mengatakan:"Orang yang tidak mengetahui dalilku, haram baginya menggunakan pendapatku untuk memberikan fatwa". Pada riwayat lain ditambahkan: "Kami hanyalah seorang manusia. Hari ini kami berpendapat demikian tetapi besok kami mencabutnya". Pada riwayat lain lagi dikatakan: "Wahai Ya'qub (Abu Yusuf), celakalah kamu! Janganlah kamu tulis semua yang kamu dengar dariku. Hari ini saya berpendapat demikian, tapi hari esok saya meninggalkannya. Besok saya berpendapat demikian, tapi hari berikutnya saya meninggalkannya".

4. "Kalau saya mengemukakan suatu pendapat yang bertentangan dengan Al-Qur'an dan Hadis Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, tinggalkanlah pendapatku itu"



IMAM MALIK BIN ANAS

Imam Malik bin Anas menyatakan:
1. "Saya hanyalah seorang manusia, terkadang salah, terkadang benar. Oleh kerana itu, telitilah pendapatku. Bila sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah, ambillah; dan bila tidak sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah, tinggalkanlah".

2. "Siapa pun perkataannya bisa ditolak dan bisa diterima, kecuali hanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri".

3. Ibnu Wahhan berkata: "Saya pernah mendengar Malik menjawab pertanyaan orang tentang menyela-nyela jari-jari kaki dalam wudhu, jawabnya: 'Hal itu bukan urusan manusia'. Ibnu Wahhab berkata: 'Lalu saya tinggalkan beliau sampai orang-orang yang mengelilinginya tinggal sedikit, kemudian saya berkata kepadanya: 'Kita mempunyai Hadis mengenai hal tersebut'. Dia bertanya: 'Bagaimana Hadis itu?. Saya menjawab: 'Laits bin Sa'ad, Ibnu Lahi'ah, Amr bin Harits, meriwayatkan kepada kami dari Yazid bin 'Amr Al-Mu'afiri, dari Abi 'Abdurrahman Al-Habali, dari Mustaurid bij Syaddad Al- Qurasyiyyi, ujarnya: 'Saya melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menggosokkan jari manisnya pada celah-celah jari-jari kakinya'. Malik menyahut:' Hadis ini hasan, saya tidak mendengar ini sama sekali, kecuali kali ini. 'Kemudian di lain waktu saya mendengar dia ditanya orang tentang hal yang sama, lalu beliau menyuruh orang itu untuk menyela-nyela jari-jari kakinya


IMAM ASY-SYAFIE

Riwayat-riwayat yang dinukil orang dari Imam Syafie dalam masalah ini lebih banyak dan lebih bagus9 dan pengikutnya lebih banyak yang melaksanakan pesannya dan lebih beruntung. Beliau berpesan antara lain.
1. "Setiap orang harus bermazhab kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan mengikutinya. Apa pun pendapat yang aku katakan atau sesuatu yang aku katakan itu berasal dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tetapi ternyata berlawanandengan pendapatku, apa yang disabdakan oleh Rasulullah itulah yang menjadi pendapatku"

2. "Seluruh kaum muslim telah sepakat bahawa orang yang secara jelas telah mengetahui suatu Hadis dari Rasulullah tidak halal meninggalkannya guna mengikuti pendapat seseorang"

3. "Bila kalian menemukan dalam kitabku sesuatu yang berlainan dengan Hadis Rasulullah, peganglah Hadis Rasulullah itu dan tinggalkan pendapatku itu"
4. "Bila suatu Hadis sahih, itulah mazhabku"

5. "Kalian lebih tahu tentang Hadis dan para rawinya daripada aku. Apabila suatu Hadis itu sahih, beritahukanlah kepadaku biar di mana pun orangnya, apakah di Kuffah, Bashrah, atau Syam, sampai aku pergi menemuinya"
6. "Bila suatu masalah ada Hadisnya yang sah dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menurut kalangan ahli Hadis, tetapi pendapatku menyalahinya, pasti aku akan mencabutnya, baik selama aku hidup maupun setelah aku mati"

7. "Bila kalian mengetahui aku mengatakan suatu pendapat yang ternyata menyalahi Hadis Nabi yang sahih, ketahuilah bahawa hal itu bererti pendapatku tidak berguna"

8. "Setiap perkataanku bila berlainan dengan riwayat yang sahih dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, Hadis Nabi lebih utama dan kalian jangan bertaqlid kepadaku"

9. "Setiap Hadis yang datang dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, berarti itulah pendapatku, sekalipun kalian tidak mendengarnya sendiri dari aku"


AHMAD BIN HANBAL
Ahmad bin Hanbal merupakan seorang imam yang paling banyak menghimpun Hadis dan berpegang teguh padanya, sehingga beliau benci menjamah kitab¬kitab yang memuat masalahfuru' danra'yu.19
Beliau menyatakan sebagai berikut:

1. "Janganlah engkau taqlid kepadaku atau kepada Malik, Sayfi'i, Auza'i dan Tsauri, tetapi ambillah dari sumber mereka mengambil.20 Pada riwayat lain disebutkan: "Janganlah kamu taqlid kepada siapapun mereka dalam urusan agamamu. Apa yang datang dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya, itulah hendaknya yang kamu ambil. Adapun tentang tabi'in, setiap orang boleh memilihnya (menolak atau menerima)" Kali lain dia berkata: "Yang dinamakan ittiba' iaitu mengikuti apa yang datang dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya, sedangkan yang datang dari para tabi'in boleh dipilih".

2. "Pendapat Auza'i, Malik dan Abu Hanifah adalah ra'yu (pikiran). Bagi saya semua ra'yu sama saja, tetapi yang menjadi hujjah agama adalah yang ada pada atsar (Hadis)"

3. "Barangsiapa yang menolak Hadis Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, dia berada di jurang kehancuran"

“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al¬ Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar¬ benar beriman kepada Allah dan hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (An¬Nisaa':59)
Demikianlah pernyataan para imam dalam menyuruh orang untuk berpegang teguh pada Hadis dan melarang mengikuti mereka tanpa sikap kritis. Pernyataan mereka itu sudah jelas tidak bisa dibantah dan diputarbalikkan lagi. Mereka mewajibkan berpegang pada semua Hadis yang sahih sekalipun bertentangan dengan sebagian pendapat mereka tersebut dan sikap semacam itu tidak dikatakan menyalahi mazhab mereka dan keluar dari kaedah mereka, bahkan sikap itulah yang disebut mengikuti mereka dan berpegang pada tali yang kuat yang tidak akan putus. Akan tetapi, tidaklah demikian halnya bila seseorang meninggalkan Hadis¬-Hadis yang sahih kerana dipandang menyalahi pendapat mereka. Bahkan orang yang berbuat demikian telah durhaka kepada mereka dan menyalahi pendapat¬pendapat mereka yang telah dikemukakan di atas. Allah berfirman.


"Demi Tuhanmu, mereka itu tidak dikatakan beriman sehingga mereka menjadikan kamu sebagai hakim dalam menyelesaikan sengketa diantara mereka, kemudian mereka tidak berkeberatan terhadap keputusanmu dan menerimanya dengan sepenuh ketulusan hati". [An¬Nisa': 65]

Allah juga berfirman.
"Orang¬orang yang menyalahi perintahnya hendaklah takut fitnah akan menerima mereka atau azab yang pedih akan menimpa mereka". [An¬Nur: 63]

Imam Hafizh Ibnu Rajab berkata:
"Kewajiban orang yang telah menerima dan mengetahui perintah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah menyampaikan kepada ummat, menasihati mereka, dan menyuruh mereka untuk mengikutinya sekalipun bertentangan dengan pendapat mayoritas ummat. Perintah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam lebih berhak untuk dimuliakan dan diikuti dibandingkan dengan pendapat tokoh mana pun yang menyalahi perintahnya, yang terkadang pendapat mereka itu salah. Oleh kerana itulah, para sahabat dan para tabi'in selalu menolak pendapat yang menyalahi Hadis yang sahih dengan penolakan yang keras yang mereka lakukan bukan kerana benci, tetapi kerana rasa hormat. Akan tetapi, rasa hormat mereka kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam jauh lebih tinggi daripada yang lain dan kedudukan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam jauh di atas makhluk lainnya. Bila perintah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ternyata berlawanan dengan perintah yang lain, perintah beliau lebih utama didahulukan dan diikuti, tanpa sikap merendahkan orang yang berbeda dengan perintah beliau, sekalipun orang itu mendapatkan ampunan dari Allah. Bahkan orang yang mendapat ampunan dari Allah, yang pendapatnya menyalahi perintah Rasuluallah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak merasa benci bila seseorang meninggalkan pendapatnya, ketika ia mendapati bahawa ketentuan Rasulullah berlawanan dengan pendapatnya.
Komentar Al¬-Albani: Bagaimana mereka (para imam) membenci sikap semacam itu, padahal mereka sendiri menyuruh para pengikutnya untuk berbuat begitu, seperti yang telah disebut keterangannya di atas. Mereka mewajibkan para pengikutnya untuk meninggalkan pendapat¬pendapat mereka, bila bertentangan dengan Hadis Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Bahkan Imam Syafie menyuruh para muridnya untuk mengatasnamakan dirinya terhadap setiap Hadis yang sahih, sekalipun beliau tidak meriwayatkannya, atau bahkan pendapatnya bertentangan dengan Hadis itu. Oleh kerana itu, Ibnu Daqiq Al¬'Id mengumpulkan berbagai Hadis yang dikategorikan bertentangan dengan pendapat dari salah satu atau seluruh imam yang empat, dalam sebuah buku besar. Beliau mengatakan pada pendahulunya:
"Mengatasnamakan para imam mujtahid tentang berbagai masalah yang bertentangan dengan Hadis sahih adalah haram".
Para ahli fiqih yang taqlid kepada mereka wajib mengetahui bahawa tidak boleh mengatasnamakan masalah itu kepada mereka. sehingga berdusta atas nama mereka.

http://www.scribd.com/doc/4680199/Nasihat-Para-Imam-Mazhab-untuk-Mengikuti-Sunnah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar