Minggu, 25 Juli 2010

Bimbingan ke Jalan yang Lurus

Sekali-sekali ummat manusia perlu merenung untuk mengingat kembali asal mula kejadiannya - dari tidak ada - kemudian ada wujudnya. Atau dengan kata lain, dari belum bisa disebut namanya, karena belum ada wujudnya. Kemudian sesudah ada wujudnya, ia dinamakan "insan" atau "manusia" yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.

Dalam hubungan pergaulan antara laki-laki (suami) dengan perempuan (istri) terjadilah semacam pembuahan. Kemudian dengan kehendak Allah Yang Maha Berkuasa setelah tiba waktunya, istri (ibu) dapat melahirkan kandungannya- bayi laki-laki atau perempuan. Dan dengan kurnia penciptanya bayi itu diberi pendengaran dan penglihatan, kemudian dilengkapi dengan "akal" untuk berpikir.
Dengan adanya alat-alat tersebut dalam tubuh manusia itu, kalau hidup terus, akan dihadapkan kepada ujian sebagai "bimbingan ke jalan yang lurus (benar) mengikuti peraturan-peraturan yang sudah ditertibkan dalam agama yang diridhaiNya....
Yang demikian itu menurut firmanNya : "Bukankah telah datang kepada manusia suatu masa, yang pada ketika itu dia belum merupakan sesuatu yang dapat disebut. Sesungguh Kami menciptakan manusia itu dari setetes air mani yang bercampur. Kami hendak mengujikan (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia dapat mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami telah menunjukkan jalan yang lurus kepadanya, ada yang bersyukur (berterima kasih) dan ada yang ingkar (tidak berterima kasih)" (Al-Quran, S.76/a.1-3).
Pada garis besarnya dalam firmanNya ini ada terbagi atas beberapa bagian, yaitu : sebelum bernama, kejadiannya, menerima ujian dalam bentuk "perintah" dan "larangan" dan hasil ujian itu ada yang lulus di bawah "bimbingan yang lurus" dengan bersyukur dan ada yang tidak lulus, karena tidak mengikuti "bimbingan" itu.

Sebelum Bernama
Ada beberapa ayat firman Allah SWT sehubungan dengan keadaan tersebut, antara lain ialah : "Dan Allah telah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari air mani, kemudian itu dijadikanNya kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuan (ibu) mengandung dan tidak pula melahirkan, melainkan dengan sepengetahuanNya..."(Q.S. 35/a.11).
Allah menciptakan manusia yang asalnya dari tanah, kemudian dari air mani (campuran dari pasangan laki-laki dan perempuan). Dan tidak seorangpun ibu yang hamil dan melahirkan, melainkan dengan sepengetahuanNya, baik yang lahir itu bayi laki-laki atau perempuan.
Dan lagi firmanNya : "Dia (Allah) Yang Menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, kemudian dari segumpal darah beku, kemudian dikeluarkanNya kamu sebagai bayi (kanak-kanak). Kemudian kamu hidup sampai dewasa dan akhirnya menjadi tua. Diantara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. Dan Kami perbuat demikian, supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan, mudah-mudahan kamu memahaminya." (Al-Quran, S.40/a.67).
Manusia dalam kehidupannya dari mulai bayi sampai kanak-kanak, remaja dan sampai dewasa dan dari dewasa menjadi tua. Dalam pada itu manusia mengalami kelemahan dan kekuatan dalam kehidupannya yang telah diatur oleh Allah SWT : ada yang wafat (meninggal) semasa kecil, ada yang sampai dewasa dan ada yang sampai usia lanjut. Yang demikian itu adalah ketentuan ajal, agar supaya manusia memahaminya dengan pikiran yang waras.
Dan lagi firmanNya : "Dan diantara tanda-tanda (kekuasaanNya), bahwa diciptakanNya kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu menjadi manusia yang berkembang biak di muka bumi. Dan diantara tanda-tanda (kekuasaanNya), bahwa diciptakanNya untuk pasangan kamu (istri) dari sebangsa kamu sendiri, supaya kamu hidup tenteram bersama-sama, dan dijadikanNya cinta dan kasih sayang diantara kamu. Sesungguhnya dalam hal yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaanNya) bagi kamu yang berpikir." (Al-Quran, S.30/a.20-21).
DiciptakanNya manusia itu jenis laki-laki dan perempuan, supaya mereka bisa hidup bersama-sama dengan tenteram dan aman, damai dan rukun hidup sebagai suami istri dengan penuh rasa cinta mencintai dan kasih mengasihi, karena hubungan mereka yang diridhai Allah - dalam pernikahan yang syah, mencukupi syarat dan rukunnya. Jadi hidup mereka dalam pergaulan yang menurut peraturan-peraturan Allah - dan bukannya hidup suka sama suka di luar nikah, menurut kemauan sendiri-sendiri.

Perintah
Perintah Allah SWT dengan firmanNya : "Katakanlah! Taatlah kamu kepada Allah dan RasulNya. Tetapi kalau kamu berpaling maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang pengingkar (tidak beriman)." (Q.S.3/a.132).
Sebagai manusia yang diciptakan Allah SWT harus mematuhi/mentaati perintah-perintahNya untuk beribadat kepadaNya, dan mengikuti peraturan-peraturan agamaNya yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW. Itulah agama yang benar dan lurus jalannya.
Maka tidak dibenarkan seorang pun menyimpang dari jalur/jalan yang sudah ditentukanNya. Karena Allah SWT tidak menyukai penyimpangan dari agamaNya itu, dan mereka dinamakan orang "pengingkar" atau tidak beriman. Dan lagi mentaati Allah dan RasulNya itu adalah untuk mendapat "rahmat", kasih sayang dan karuniaNya. Karena kebahagiaan adalah berada pada orang-orang yang beroleh "rahmatNya".
Dan dalam hal laranganNya, menurut firmanNya: "...Dan janganlah engkau mengikuti orang-orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, dan diturutinya keinginan hawa nafsunya dan keadaannya telah melewati batas". (Al-Quran, S.18/a.28).
Dan lagi firmanNya : "Dan janganlah engkau ikut orang-orang pengingkar (tidak beriman) dan orang-orang munafik (beriman palsu), dan janganlah engkau pedulikan gangguan mereka yang menyakitkan hati. Tawakallah (percayakanlah) kepada Allah, dan cukuplah Allah sebagai Pelindung". (Al-Quran, S.33/a.48).
Kita dilarang mengikuti jejak langkah orang-orang yang telah lalai dari mengingat Allah SWT, dan diperingatkan, supaya tidak menuruti keinginan hawa nafsu. Karena yang demikian itu adalah perbuatan yang melewati batas-batas ketentuan yang sudah diatur dalam agamaNya.
Dan juga dilarang mengikuti orang-orang pengingkar (tidak beriman) atau orang-orang munafik (iman palsu), dan jangan pedulikan gangguan-gangguan orang-orang yang menyakitkan hati. Tetapi tawakallah (pasrahkan diri) kepada Allah, sebagai Pelindung orang-orang yang tawakal dengan kesadaran, keyakinan dan keimanan.

Jalan Lurus
Allah SWT telah menunjukkan jalan yang lurus (benar) yang patut diikuti oleh setiap hambaNya yang suka memperhatikan dan berbuat kebaikan-kebaikan dengan mengikuti "bimbingan ke jalan yang lurus". Karena itulah jalan yang benar dalam menjalankan agamaNya. Sebagaimana firmanNya : "Dan inilah jalan Tuhanmu, jalan yang lurus (benar). Sesungguhnya telah Kami jelaskan ayat-ayat (keterangan-keterangan) Kami kepada kaum yang suka memperhatikan. Mereka memperoleh daarussalam (tempat keamanan) dari Tuhan mereka, dan Dia-lah Pelindung mereka disebabkan amal-amal shaleh yang telah mereka kerjakan". (Al-Quran, S.6/a.126-127).
Jalan Tuhan, ialah jalan yang "membimbing ke jalan yang lurus," suatu peraturan Islam yang memimpin ke arah kebahagiaan dalam segala lapangan kehidupan, yaitu hasil dari "amal-amal shaleh" dan "peribadatannya" dalam melaksanakan pengabdian kepadaNya. Ayat-ayat atau keterangan-keterangan dari Allah SWT itu telah terbentang luas dengan nyata-nyata dan jelas yang dapat penghayatan dari mereka yang suka memperhatikannya dengan akal pikiran yang sempurna. Dan untuk imbalannya bagi mereka itu telah disediakan "daarussalaam" (sorga temapt kedamaian dan keamanan), dan Allah SWT adalah pelindung bagi hamba-hambaNya yang telah berbuat dan beramal kebaikan-kebaikan karena mematuhi dan mentaati segala sesuau dari perintah-perintahNya.
Dan lagi firmanNya: "Sesungguhnya inilah jalanKu yang lurus. Maka itulah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain daripadanya). Karena nanti kamu terpisah dari jalanNya. Itulah yang diperintahkanNya kepada kamu. Mudah-mudahan kamu menjadi orang yang bertakwa (terpelihara dari kejahatan-kejahatan)." (Al-Quran, S.6/a.153).
"Bimbingan ke jalan yang lurus" itulah jalan yang benar dari Allah SWT untuk diikuti oleh setiap orang yang mengaku mengabdi kepadaNya. Dan diperingatkan, supaya kita tidak mengikuti jalan lain daripada jalan Allah SWT itu, karena berakibat terpisah dari jalan yang lurus, mengikuti jalan sesat yang tidak akan sampai kepada tujuan yang terakhir, yaitu "ketakwaan", sehingga terpelihara jiwa dan raga dari mengerjakan kejahatan-kejahatan apapun macamnya dan rupanya.
Akhirnya mengingat akan firman Allah SWT : "Katakanlah! Sesungguhnya aku telah dibimbing/dipimpin oleh Tuhanku ke jalan yang lurus, yaitu agama yang benar, kepercayaan Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan." (Al-Quran, S.6/a.161).
Jelaslah, bahwa setiap orang Islam yang mematuhi dan mentaati segala titah perintahNya akan mendapat "bimbingan" daripadaNya ke jalan yang lurus, yaitu jalan yang agama Islam yang benar, ialah kepercayaan Nabi Ibrahim AS yang lurus dan tidak termasuk orang-orang yang mempersekutukanNya.
Semoga kita dapat "bimbingan" daripadaNya ke jalan yang lurus, untuk pengukuhan pengabdian kita kepadaNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar