“Demi Allah, saya bersumpah akan menjalankan tugas dan kewajiban sebagai seorang bla…bla..bla…berdasarkan Pancasila dan UUD’45.” Begitulah kutipan sumpah jabatan, di negeri ini dimana “kata Demi Allah” bersanding dengan hukum manusia. Al-Quran yang di letakan di atas kepala pun sekedar menjadi “pemanis” adegan pengangkatan Jabatan yang dibuat formal.
Saat ini, isu terhangat dalam politik nasional adalah masuknya Andi Nurpati menjadi kader Partai Demokrat dan terbukanya partai “islam” PKS yang membolehkan unsur non-muslim ikut andil menjadi bagian dari kesejahteraan partai, dan tentu problem usang yang telah lama ada tapi tetap menarik diikuti yaitu Korupsi. Andi Nurpati, benar-benar membuktikan bahwa KPU itu adalah permainan dan setting penguasa. Dan sepertinya, Demokrat tahu benar bagaimana memanjakan dan berterima kasih kepada Andi Nurpati. SBY selaku penguasa dan Dewan Pembina Partai Demokrat seperti bisu, tidak mampu mengeluhkan bibir atau mulutnya yang saat terjadi kasus Terorisme lancer berbahasa dan berbicara. Apalagi jelas benar, SBY tengah membangun Dinasti Cikeas dimana yang ia impikan bahwa penguasa negeri ini, tidak jauh-jauh dari Keluarga Cikeas. Maka ia tahu benar, siapa saja yang mampu mengemban misinya ini, termasuk Ulil Abshar Abdallah yang ditariknya menjadi kepala Departemen Kajian Strategis.
Sementara PKS, telah kehilangan jiwa “Sang Murrabi” ala almarhum KH Rahmat Abdullah. Manuver-manuver partai yang menuju “sejahtera” telah memunculkan konflik internal partai di mana punggawa-punggawa pendiri partai mulai mundur sementara mereka yang bertahan berupaya menghalalkan segala cara demi menuju partai yang sejahtera. Hal yang meyakitkan, PKS berhasil mengusung kontrak Rp 8 Milyar guna melakukan Munas di Hotel Ritz Carlton, Jakarta. Tentu kita tahu benar siapa di balik hotel tersebut, yaitu AS yang selama ini mengusung Israel. Anehnya, kader-kader partai sepertinya tidak menohok dan tidak ada yang menyanggah. Apalagi saat makan siang bersama terpampang jelas, dimana tandzhim-tandzhim PKS duduk berbicara bersama dengan Duta Besar AS. Entah apa yang dibicarakan, tapi seperti nada-nada yang ada PKS sepertinya berupaya mendapat “senyuman dan dukungan” dari Amerika Serikat.
Kasus Korupsi sepertinya tetap menarik diperbincangkan. Walaupun kemasan-kemasan yang ada berubah. Terakhir, kasus “celengan babi” jenderal-jenderal polisi. Artinya, polisi yang tukang menyidik dan mengadili pun ternyata kotor dan berbau. Bagaimana mampu maksimal memberikan pelayanan pemeriksaan yang adil ?
Lantas di manakah porsi Tuhan berbicara ? Padahal setiap pengangkatan mereka dimulai dengan kalimat bismillah. Lantas, suara mayoritas yang diagungkan itu kini menjadi politik uang yang mengalir di kantong-kantong sejumlah elit. Sepertinya Demokrasi memberikan ruang sempit pada Tuhan berbicara. Begitulah.
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?” (QS Al-maidah:50)
“Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat bencana." Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka. Dan orang-orang yang beriman akan mengatakan: "Inikah orang-orang yang bersumpah sungguh-sungguh dengan nama Allah, bahwasanya mereka benar-benar beserta kamu?" Rusak binasalah segala amal mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang merugi.” (QS. Al-maidah:52-53)
Sepertinya pembahasan porsi agama sebagai “basic moeslim personality” hanya ditempatkan di ruang sempit berukuran mini yang besarnya tidak lebih baik dari ruang kantor, di mana di atasnya tertera “musholla”. Sepertinya Atheis sesaat, yaitu menghargai rasio akal dan kepuasan jiwa dibandingkan menaruh minat dan kepercayaan pada islam sebagai jati diri mereka. Maka, akan kita temukan pernyataan penangkapan dan penyidikan di kepolisian tanpa tertera kalimat bismillah, hanya sekedar salam pembuka. Kita juga tidak menemukan sebaris ayat suci dan hadits, menerangkan keputusan-keputusan aneh para tandzhim-tandzhim partai “islam”. Karena mereka berbicara dengan mata dan akal, sedangkan Allah dan Rosul-Nya hanya sekedar di tempatkan sebagai permudah rezeki, permudah keputusan dalam baris-baris doa selepas sholat.
Jadi teringat dari ucapan penyair eropa, “Andaikata Tuhan itu manusia, maka akan kubunuh manusia yang menjadi Tuhan itu.” Dan Tuhan-tuhan itu sepertinya telah berwujud manusia, di mana sang penyair telah tiada. Suara sumbang ulama menjadi umala.
Kenapa, kita tidak menyadari bahwa Demokrasi di negeri pengusung utamanya saja merupakan system yang sakit yang segera diobati.
“Demokrasi, baik di Amerika maupun di Inggris, tengah menjadi objek telaah pada hari-hari ini. Terlepas dari berbagai kelakar tentang Perdana Menteri dan para anggota Kongres, demokrasi acapkali dikatakan sedang meluncur menuju sistem oligarki. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa demokrasi sedang bermetamorfosis menjadi otokrasi. Uang dan kekuatannya atas teknologi sering menjadikan proses pemilihan umum menjadi tidak fair. Afiliasi kekuatan militer dan industri menjadi sangat digdaya, terlebih setelah mengadopsi semboyan “perang melawan terorisme”. Lobby dan korupsi mencemari berbagai proses pemerintahan. Singkat kata, demokrasi tengah berada dalam kondisi yang tidak baik (sakit). (Simon Jenkins, mantan editor The Times, Guardian, 8 April 2010)
Porsi Tuhan akan adil, jika Keadilan Tuhan ada ditengah-tengahnya. Dimana Islam menjadi pelita, islam menjadi asas, dan islam diimplementasikan sebagai kehidupan bernegara. Kalau pun masih banyak memboikot islam, maka mari tanyakan kepada mereka yang masih ragu dan enggan menerapkan islam dalam bingkai Negara islam “KHILAFAH”. Di manakah letak kesalahan Tuhan itu ? begitulah, tanyakan kepada mereka agar mereka sadar bahwa sesungguhnya mereka tengah menjadi Tuhan bagi yang lainnya.
Rizqi Awal (Ketua LDK DKM Universitas Padjadjaran, mahasiswa Fakultas Sastra UNPAD).
quran-online
www.tvquran.com/
Tanzil : Quran Navigator
Quran MP3 - القرآن الكريم - koran karem
- audio.islamweb.net
- imaanstar.com/quran
- mp3
- Quran MP3 - القرآن الكريم - koran karem
- www.quranicaudio.com
- http://www.tvquran.com/Alafasi_d.htmBisa
- http://quransound.com/
- http://www.wordreference.com/aren/
- http://www.quranflash.com/en/index.html
- http://www.vradio.org/downloads.php
- http://olysus.com/2008/09/05/murottal-al-quran-high-quality-download-gratis/
- http://www.mp3quran.net/
- http://myquran.org/
- http://quran.muslim-web.com/
- http://www.quranexplorer.com/quran/
- http://www.TvQuran.com
radio & tv sunnah
- islamic-center
- adio.daarelsalam
- radio
- radiorodja
- tvQuran
- hang
- vradio.org
- radiokonsultan.multiply.com
- radio.aswaja.net
- islamic-center.or.id
- radio.daarelsalam.org
- http://www.sss-tv.com/
- kajianonlinemedan.com
- http://www.kajianonlinemedan.co.cc/
- radiodakwahislamiyah
- radiodakwahislamiyah.blogspot.com
- an-nashihah
- rasuldahri
- radiomuadz
- tvQuran.com
- radio hang
- radio.syiarsunnah.com
- vradio.org
- radioqu.com
- darussunnah.or.id
- radiosalafy.com
- usa.syiarsunnah.com
- http://radio.aswaja.net/
- radiomadufm.com
- ahsan.tv
- annashradio
- quranicaudio.com
- radioukhuwahislamiyah.com
- indo.syiarsunnah.com
- syiarsunnah.com/radio-online
- radiomuslim.com
- radio.ngaji-online.com
- rasikafm.com
- rodjatv.com
- http://ahsan.tv/panel/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar