Kaum muslimin sekalian, memang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lah akan diberi izin oleh Allah untuk memberikan syafa’at besok di hari kiamat. Tapi permasalahannya, bolehkan kita meminta langsung kepada beliau? Ini adalah permasalahan yang sangat penting, jika seseorang salah di dalamnya maka ia dapat jatuh ke dalam kesyirikan.
Syafa’at Adalah Doa... Baca Selengkapnya... Baca Selengkapnya
Telah sama-sama kita ketahui bahwa ibadah mutlak hanya boleh ditujukan untuk Allah, baik berupa doa, sembelihan, nadzar dan sebagainya. Barang siapa yang menujukan ibadah bukan untuk Allah, walaupun kepada Nabi atau Malaikat dan walaupun hanya satu macam ibadah saja, atau sekali saja maka itulah perbuatan syirik.
Kemudian ketahuilah, bahwa syafa’at hakikatnya adalah doa, atau memerantarai orang lain untuk mendapatkan kebaikan dan menolak keburukan. Atau dengan kata lain syafa’at adalah memintakan kepada Allah di akhirat untuk kepentingan orang lain. Dengan demikian meminta syafa’at berarti meminta doa, sehingga permasalahan syafa’at ialah sama dengan doa.
Syafa’at Hanyalah Milik Allah
Perhatikanlah firman Allah, “Katakanlah: Hanya kepunyaan Allah lah syafa’at itu semuannya. Milik-Nya lah kerajaan langit dan bumi. Kemudiaan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (Az Zumar: 44)
Ketahuilah, ayat tersebut dengan jelas menyebutkan bahwa syafa’at segenap seluruh macamnya itu hanya milik Allah semata. Allah kemudian memberikan kepada sebagian hamba-Nya untuk memberikan syafa’at kepada sebagian hamba yang lainnya dengan tujuan untuk memuliakan menampakkan kedudukannya pemberi syafa’at dibanding yang disyafa’ati serta memberikan keutamaan dan karunia-Nya kepada yang disyafa’ati untuk bisa mendapatkan kenikmatan yang lebih baik atau kebebasan dari adzab-Nya.
Syarat Terjadinya Syafa’at
Orang yang memberi syafa’at dan orang yang diberi syafa’at itupun bukan sembarang orang. Syafa’at hanya terjadi jika ada izin Allah kepada orang yang memberi syafa’at untuk memberi syafa’at dan ridha Allah kepada pemberi syafa’at dan yang disyafa’ati. Allah berfirman, “Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafa’at melainkan kepada orang yang diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.” (Al Anbiya: 28) dan firman Allah, “Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafa’at mereka sedikitpun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai-(Nya).” (An Najm: 26). Dan juga firman-Nya, “Dan tiadalah berguna syafa’at di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafa’at itu, sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata: ‘Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan-mu?’ Mereka menjawab: ‘(Perkataan) yang benar, dan Dia-lah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar’.” (Saba: 22-23)
Ahli Tauhidlah Orang yang Diridhoi Allah
Orang yang diridhoi itulah ahli tauhid. Abu Huroiroh telah bertanya kepada Nabi shollAllahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah orang yang paling beruntung dengan syafa’at engkau?” Beliau menjawab, “Ialah orang yang mengucapkan La Ilaha Illallah dengan ikhlas dari dalam hatinya.” (HR. Ahmad dan Bukhori). Mengucapkan di sini bukanlah maksudnya mengucapkan dengan lisan semata, tetapi juga harus diikuti dengan konsekuensi-konsekuensinya
Orang Kafir Tidak Akan Menerima Syafa’at
Allah tidak akan memberikan syafa’at kepada orang kafir, karena mereka itulah ahli syirik. Dan Allah tidak akan pernah ridho dengan kesyirikan dan pelaku kesyirikan. Namun dalam hal ini dikecualikan untuk Abu Tholib, dialah satu-satunya orang musyrik yang mendapatkan syafa’at keringanan adzab dengan memandang jasanya yang begitu besar dalam melindungi Rasulullah shollAllahu ‘alaihi wa sallam semasa hidupnya. Adapun orang kafir selain Abu Tholib maka tidak akan mendapatkan syafa’at sedikit pun.
Macam-Macam Syafa’at
Syafa’at ada bermacam macam, diantaranya ada yang khusus dilakukan oleh Nabi Muhammad, yaitu syafa’at bagi manusia ketika di padang Mahsyar dengan memohon kepada Allah agar segera memberikan keputusan hukum bagi mereka, syafa’at bagi calon penduduk surga untuk bisa masuk surga, syafa’at bagi pamannya yaitu Abu Thalib untuk mendapat keringanan adzab.
Ada pula syafa’at yang dilakukan oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam maupun para pemberi syafa’at lainnya, yaitu: Syafa’at bagi penduduk surga untuk mendapatkan tingkatan surga yang lebih tinggi dari sebelumnya, syafa’at bagi mereka yang seimbang antara amal sholihnya dengan amal buruknya untuk masuk surga, syafa’at bagi mereka yang amal buruknya lebih berat dibanding amal sholihnya untuk masuk surga, syafa’at bagi pelaku dosa besar yang telah masuk neraka untuk berpindah ke surga, syafa’at untuk masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab.
Hukum Meminta Syafa’at
Sekarang tinggal tersisa satu permasalahan, bagaimanakah hukumnya meminta syafa’at. Telah kita ketahui bersama bahwa syafa’at adalah milik Allah, maka meminta kepada Allah hukumnya disyariatkan, yaitu meminta kepada Allah agar para pemberi syafa’at diizinkan untuk mensyafa’ati di akhirat nanti. Seperti, “Ya Allah, jadikanlah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pemberi syafa’at bagiku. Dan janganlah engkau haramkan atasku syafa’atnya”.
Adapun meminta kepada orang yang masih hidup, maka jika ia meminta agar orang tersebut berdo’a kepada Allah agar ia termasuk orang yang mendapatkan syafa’at di akhirat maka hukumnya boleh, karena meminta kepada yang mampu untuk melakukanya. Namun, jika ia meminta kepada orang tersebut syafa’at di akhirat maka hukumnya syirik, karena ia telah meminta kepada seseorang suatu hal yang tidak mampu dilakukan selain Allah. Adapun meminta kepada orang yang sudah mati maka hukumnya syirik akbar baik dia minta agar dido’akan atau meminta untuk disyafa’ati.
Rahmat Allah Itu Sangat Luas. Sesungguhnya rahmat Allah itu sangat luas, Rahmat Allah itu meliputi segala sesuatu. Tidak ada lagi rahmat selian dari rahmat Allah di dunia ini. Rahamat itu meliputi untuk orang-orang kafir dan untuk orang-orang beriman secara merata. Kemanapun kamua menghadapkan wajahmu di alam ini, niscaya kamu akan menemukan rahmat Allah sebagai bukti ke maha besar kuasa dan pengusaan-Nya.
Sebagai contoh dapat dilihat pada air hujan yang diturunkan dari langit, yang dengan air tersebut Allah menghidupkan bumi yang sudah mati, menumbuhkan tanaman, memperbanyak air susu hewan serta memberi minum kepada banyak orang dan banyak suku bangsa dan Allah telah menyeru kepada kita semua agar mau memikirkannya dan meneliti hal yang terjadi karena sebab turunnya air hujan.
Diantara rahmat-rahmat Allah tersebut, pengutusan Yang Mulia Saydina Rasululullah Muhammad saw kemuka bumi ini sebagai nabi dan rasul terakhir. Penutup dari sekalian nabi yang pernah diutus sebelumnya dan hamba yang tersebab karena dia seluruh alam ini diciptakan dengan membawa risalah kitab suci Al-Quran sebagai kitab tauhid terakhir merupakan rahmat Allah yang paling besar dan paling mulia bagi seluruh umat manusia yang berakal.... Baca Selengkapnya... Baca Selengkapnya
“ Sesungguhnya Al Quran ini menjelaskan kepada Bani lsrail sebahagian besar dari (perkara-perkara) yang mereka berselisih tentangnya. dan Sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS : 027 : An Naml : 76 dan 77)
“ Ssesudah amarah Musa menjadi reda, lalu diambilnya (kembali) luh-luh (Taurat) itu; dan dalam tulisannya terdapat petunjuk dan rahmat untuk orang-orang yang takut kepada Tuhannya.” (QS : 007 : Al-A’raf : 154)
“ lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami[*].(QS : 018 : Al-kahfi : 065)
[*] Menurut ahli tafsir hamba di sini ialah Khidhr, dan yang dimaksud dengan rahmat di sini ialah wahyu dan kenabian. sedang yang dimaksud dengan ilmu ialah ilmu tentang yang ghaib seperti yang akan diterangkan dengan ayat-ayat berikut.
Melalui ayat-ayat Al-Quran tersebut Allah secara tegas menyatakan bahwa sesunguhnya Taurat itu juga rahmat dari Allah.
Perbedaan antara rahmat Allah untuk orang mukmin dan orang kafir itu adalah bahwa rahmat Allah di akhirat hanya diperutukkan untuk orang-orang mukmin saja, sedangkan di dunia rahmat itu diberikan secara merata merata untuk seluruh makhluk, baik itu orang kafir ataupun orang mukmin, hewan dan tumbuhan.
“ Dari Abu Hurairah sesungguhnya Rasulullah bersabda : Allah telah menciptakan seratus macam dan hanya menurunkan satu rahmat saja yang diperutukkan bagi seluruh makhluk-Nya yang diantara mereka saling mengasihi dengan rahmat tersebut. Allah masih mempunyai sembilan puluh sembilan rahmat yang dapat dipergunakan mereka untuk saling mengasihi “ ( HR : Tirmidzi )
Hanya dengan satu rahmat saja dari Allah, sudah mencakup seluruh kebaikan, cinta dan kasih sayang yang ada di dunia ini. Hanya dengan satu rahmat itu saja seorang ibu dengan sepenuh cinta dan kasih sayang yang dimiliknya mau dan rela menyusui anaknya, Seorang kekasih mencintai pujaan hatinya. Sedangkan di akhirat kelak Allah mesih menyimpan sembilan puluh sembilan rahmat lagi yang hanya bisa dipergunakan olah orang yang beriman.
“ Jika seorang mukmin dapat mengetahui siksa yang dimiliki Allah, niscaya tidak seorang pun dari mereka yang berharap dapat masuk surga. Jika seorang kafir mengetahui rahmat yang dimiliki Allah, niscaya tidak seorang pun yang putus asa dari mengharap surga Allah “ ( HR Tirmidzi )
Sebagaimana rahmat Allah, Siksa Allah juga sangat luas dan sangat pedih. Namun rahmat Allah melebihi murkanya
“ Kerika Allah menciptakan Makhluk, Dia menetapkan atas Dirinya dengan Tangan-Nya: “ Rahmat-Ku melebihi murka-Ku “ ( HR : Ibnu Majah )
Allah masih memberi kesempatan kepada orang-orang kafir untuk menikmati rahmat-Nya sambil tetap mendustakan dan menipu dirinya sendiri dengan mengingkari cahaya atau nur kebenaran yang sesungguhnya atau Allah masih memberi kesempatan kepada orang-orang kafir tersebut agar mau bertobat dan berserah diri kepada Allah, Tuhan Sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang dengan cara berserah diri dan berusaha untuk sebanyak mungin mendapatkan dan mengumpulkan rahmat-Nya di dunia
Beberapa cara untuk mendapatkan rahmat Allah itu di dunia dan akhirat diantaranya dengan banyak mengamalkan dan mendengarkan bacaan Al-Quran. Mendirikan shalat, membayarkan zakat dan taat kepada Rasulullah saw, memperbanyak istighfar dan berbuat baik kebaikan secara ikhlas. Selain itu yang tak kalah pentingnya adalah berdoa dan memohon rahmat untuk diri kita dan saudara-saudara kita terutama kedua orang tua kita agar diberi rahmat oleh Allah didunia dana akhirat sebagaimana yang diperintahkan Allah dalam Al-Quran
Musa berdoa: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah Kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara Para Penyayang”.(QS : 007 : Al-A’raf : 151) Dan “ … dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil “. (QS : 017 : Al-Israa’ : 24)
Syafaat itu kita sebagai umat nabi muhamad akan di selamatkan ato di beri pertolongan oleh nabi muhamad di akhirat kelak ketika tidak ada lagi pertolongan yg bisa menolong ,makanya banyak2 membaca shalawat kepada jungjungan nabi ... Baca Selengkapnyabesar muhamad.saw agar mendapatkan syafat dari beliau,tapi jngan lupa shalat 5 waktu jangan di tinggal....itu kunci utamanya.
Rahmat kata rahmat dalam bahasa indondsia adalah kata serapan dari bahasa arab rahmah,dalam kitab lisan al-arab di jelaskan bahwa sifat rahmah mencakup sifat penyayang,pengasih dan pengampun, Allah memiliki sifat ar-rahmah ,karena Allah maha penyayang,maha pengasih dan pengampun ,jadi rahmat Allah=kasih sayang Allah,pengampunan dari Allah,pengasih/pemberian dari Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar