Senin, 26 April 2010

SEJARAH UPACARA-UPACARA KEMATIAN. Sudahkan kita terbebas dari TBC (tahayyul, bid'ah, churafat)?

SEJARAH UPACARA-UPACARA KEMATIAN

Benarkah berasal dari Ajaran Islam?



وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَـٰئِكَ كَانَ عَنْهُ
مَسْئُولًا



Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Q.S Al-Isra’ 36)

بَلِ اتَّبَعَ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَهْوَاءَهُم بِغَيْرِ عِلْمٍ ۖ فَمَن يَهْدِي مَنْ أَضَلَّ اللَّهُ ۖ وَمَا لَهُم مِّن نَّاصِرِينَ

Tetapi orang-orang yang dzalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolongpun. (Q.S Ar-Rum 29) tebal



Apakah aqidah kita sudah bersih dari segala macam benalu-benalu aqidah? Umat Islam banyak yang terjebak dalam hal ini, yakni meyakini sesuatu tanpa pengetahuan yang mendasarinya. Rasulullah SAW. adalah suri tauladan umat Islam, maka kita pun wajib untuk menaati perintahnya dan menjauhi apa yang ditinggalkannya. Dalam pembahasan tentang upacara kematian ini, yang sekarang banyak kita temukan di kalangan umat Islam berupa acara ‘tahlilan’ yang sebenarnya tidak bersumber dari ajaran Islam, dan sebenarnya memiliki sejarah tertentu. Selamat membaca ^_^, semoga bermanfaat!



Sehari Kematian

Bantal bekas tidur si mati dilemparkan ke atas atap. Pada orang kaya, mulutnya langsung diberi mutiara agar pandai menjawab di akhirat. Mayat dimandikan, air bekas memandikannya dijadikan air pencuci muka oleh keluarga terdekat sebagai penangkal bayangannya.

Lepas dimandikan, mayat didandani pakaian bekas kawin lengkap. Tirai-tirai di ruangan dan pakaian keluarga berganti putih-putih. Digantungkanlah lampu lilin putih berlilit kain putih di luar rumah, dinyalakanlah lilin putih, hio atau kemenyan di ruangan dalam. Putih adalah lambang Yin, karena kematian kembali ke bumi.

Makanan disajikan untuk ruhnya yang dianggap masih ada di sekitar ruangan dan sebagai sesajian untuk roh penjemput. Adakalanya disajikan makanan untuk tali ari-ari dan santan yang dianggap saudara si mati. Santan dan ari-ari menjelma mkhluk halus yang mirip dengan si mati. Wanita kelenteng dipanggil untuk meratapinya dan mempermainkan api dengan tarian pengusr hantu-hantu jahat. Ketika itu juga seorang pendeta melemparkan buah semangka di jalan.

Mayat yang didandani lengkap dengan segala perhiasannya itu dimasukkan ke dalam peti. Dasar peti dilapisi daun the dan obat pengawet mayat. Mayat ditidurkan telentang berkasur kecil, berbantal putih, dan berbantal guling sepasang kiri kanan. Di belakang kakinya tersedia bekal hidup di akhirat. Wanita peratap meratapinya dengan tangis buatan. Tabuh-tabuhan logam dibunyikan diiringi tari dan nyanyian duka. Keluarga dekat meletakkan patung-patung kecil di kaki mayat sebagai pengganti kepala manusia.

Pada suku dayak, terdapat kebiasaan mengayau untuk galang lungun, pada bangsa China purba pun terdapat kebiasaan yang sama.
Peti mati ditutup setelah semua keluarga menyaksikannya, diberi perekat dan dipaku dengan paku-paku besar. Peti mati ditaruh di tengah ruangan dan dijaga siang malam. Maka agar penjaga tidak mengantuk, diadakan judi berseling makan kuaci semalam suntuk.

Penjaga mayat itu harus duduk dekat kepala mayat atau disampingnya. Ia tidak boleh duduk di dekat kaki si mayat, karena jika datang kucing langit lalu melangkahi mayat, mayat itu akan kembali bangkit dan memeluk siapapun yang duduk dekat kakinya (disebut “mayat gila”).

Dalam dongeng China: tersebutlah seorang penjaga mayat mengantuk dikaki mayat. Tiba-tiba masuklah kucing langit melalui lubang kecil jendela dan langsung dilangkahinya mayat itu. Mayat pun bangkit. Ia mengerang dan mengangkat tutup peti yang berat itu. Ia langsung turun hendak memeluk si penjaga, tetapi penjaga itu segera lari. Akhirnya, penjaga mayat itu berlindung pada sebuh pohon. Mayat pun mengejarnya dan memeluk pohon itu. Mayat itu langsung mati kembali, sehingga untuk melepaskannya pohon itu digergaji.

Tiga Hari Kematian
Diadakan pesta kematian, sementara roh masih ada di sekitar peti dan makan sari makanan yang tersedia. Pada suku Tsen purba di arah Tenggara negeri China, diadakan pembantaian kerbau dengan menebas leher kerbau dari depan ketika kerbau tengah dilarikan, ada kalanya sampai berpuluh ekor. Adat tersebut kini masih berbekas pada suku toraja.

Tujuh Hari Kematian
Peti tetap ada di tengah ruangan, sajian besar disediakan untuk mengantar keberangkatan roh meninjau tempat tinggalnya yang baru dekat di akhirat, hanya belum diperkenankan menetap. Ketika ia meninjau itu, lilin di rumah dipadamkan sementara dengan ditiup atau dikipas sambil mengucapkan jampi-jampi, agar roh dapat melihat di akhirat karena cahaya lilin (senei/rie liau). Rumah-rumahan, perahu-perahuan, kereta kecil mulai dibakar lalu disusul dengan pembakaran uang-uangan sebagai pengganti uang asli. Semula, uang asli itu sebagian besar dimasukkan ke dalam peti dan sebagian dibakar, tetapi setelah sering terjadinya pembongkaran kuburan, uang asli itu diganti dengan uang-uangan.

Mengarak peti ke kuburan atau ke dalam gua penyimpanan mayat dilakukan pada hari ketujuh, kesembilan, atau kelima belas.
Ketika peti diangkat, saudara muda dan anak-anaknya harus segera masuk ke bawah peti itu. Mayat diarak dengan iringan keluarga mayat berpakaian serba putih. Keluarga mayat berpakaian serba putih selama seribu hari, kini termasuk berpita hitam pada lengan baju.

Peti ditaburi bunga-bunga atau bunga itu dirangkai indah disimpan di atas tutup peti. Keluarga dekat memayungi peti dengan paying upacara. Di belakang iring-iringan peti terdapat alat-alat kesenian dan di muka peti berjalanlah tukang menyebarkan kertas perintis jalan dan pembakar mercon. Ketika peti mulai ditanam, mercon pun disulut dan keluarga melemparkan tanah ke kuburan. Di atas kuburan dibangunlah rumah kubur. Ditanamnya juga anjuang untuk penjaga roh dari gangguan roh jahat. Adakalanya peti itu tidak ditanam tetapi disimpan di dalam gua mayat.

Pada makan raja-raja dan kaum bangsawan ditemukan perhiasan-perhiasan yang mahal terbuat dari emas, intan, mutiara, batu jade, keramik-keramik istimewa, patung-patung, dan sebagainya. Makam Kaisar Shih Huang Ti seluas enam setengah kilo meter persegi dan dilengkapi enam ribu tentara patung setinggi manusia sebagai penjaga.

Sembilan Hari Kematian
Biasanya jika peti mayat tidak dikubur pada hari kesembilan, sembilan hari kematian hanya berupa pesta kecil dengan menyajikan kue, buah-buahan, dan ayam panggang.

Lima Belas Hari Kematian
Ada pula sebagian keluarga yang merayakannya dengan menyalakan lima batang hio dan menyajikan ayam panggang, buah-buahan, dan air teh. Sebagian keluarga bersiap mengantarkan peti mayat ke kuburan atau ke tempat penyimpanan mayat.

Empat Puluh Hari Kematian
Menurut kepercayaan ajaran Yang, roh yang beraga halus itu pergi sementara ke akhirat. Jika ia orang baik-baik, penduduk akhirat datang menjemputnya. Serunai dan gendering dibunyikam, buah-buahan disajikan, dan ia dipersilakan melihat-lihat keadaan rumah, toko, dan kebun yang belum selesai.

Setelah itu roh kembali ke bumi dan ia mendapat tantangan dan godaan, tetapi karena ia dintar pengawal Yang akhirat, segala godaan itu dapat diatasinya. Di rumah, ia makan degala sari makanan dan minuman yang disediakan uktuknya dalam pesta empat puluh hari kematian.

Konon pengawal akhirat pulang kembali dan roh selama sehari semalam tinggal dalam ruang tempat penyimpanan peti. Keesokan harinya, roh pulang ke akhirat, dalam perjalanan ia pun mendapat godaan di lautan antara dunia dan akhirat. Ketika ia melewati bulan, si Bongkok yang nakal mengulurkan tali kailnya untuk mengail perahu yang ditumpangi roh. Roh memberi kue-kue pada tikus sehingga tikus memutuskan tali kail setiap kali diulurkan si Bongkok.



Seratus Hari Kematian
Konon roh sudah mempunyai rumah sendiri dan sudah bekerja kembali seperti pekerjaannya di dunia. Pada seratus hari kematiannya itu, roh kembali ke bumi untuk memberi kabar bahwa ia telah menjadi penduduk akhirat. Keluarganya di dunia menyambutnya dengan pesta SERATUS HARI KEMATIAN.

Roh berterima kasih pada keluarganya di dunia, karena telah bersusah payah mendirikan rumah untuknya di akhirat, mengirimkan hamba sahaya, memberi modal, dsb. Sewaktu-waktu, roh kembali ke dunia untuk melihat-lihat keluarganya di dunia, apakah mereka yang ditinggalkan itu berbuat baik atau berbuat jahat. Pada masa itu kuku-kuku mayat menjelma menjadi kunang-kunang.


وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Allah SWT berfirman: …..Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.(Q.S Al-Hasyr 7)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar