Senin, 26 April 2010

Tanggapan Hadist Rasul mengenai pelarangan pujian/sanjungan

Assalamu’alaykum Warohmatullahi Wabarakatuh…

Allahuma Sholi'ala Muhammad.. wa 'ala ali Muhammad...
Saudaraku yang di Rahmati Allah…
Saya ingin menanggapi status yg saya kemukakan tentang hadist Rasulullah mengenai pelarangan pujian / sanjungan kepada orang lain, karena ada beberapa saudara kita yang bertanya tentang maksud hadist pelarangan ini.

Hadist tersebut berbunyi, “Bila kamu melihat orang-orang yang sedang memuji-muji dan menyanjung-nyanjung maka taburkanlah pasir ke wajah-wajah mereka. (HR. Ahmad)

SubhanAllah… semua sabda Rasul hanya dari Allah semata.

Menurut pemahaman saya, dibalik pelarangan Rasul yang sekilas tampak tdk wajar, sebenarnya banyak alasan mengapa memuji-muji dan menyanjung-nyanjung tsb dilarang.

Menurut adik saya (Rahayu Wihirastuti) yang ikut memberikan komennya, “kita dilarang memuji berlebihan thd manusia, karna dpt menyebabkan orang terlena dan lupa memperbaiki diri..”

Alhamdulillah… benar sekali saudariku..
Dan sebenarnya lebih dari itu, pujian dan sanjungan mengakibatkan penyakit riya’ yang ciri-cirinya menurut Rasul adalah :
"Orang yang riya berciri tiga, yakni apabila di hadapan orang dia giat tapi bila sendirian dia malas, dan selalu ingin mendapat pujian dalam segala urusan. Sedangkan orang munafik ada tiga tanda yakni apabila berbicara bohong, bila berjanji tidak ditepati, dan bila diamanati dia berkhianat". (HR. Ibnu Babawih).

Padahal hal ini dapat menghapus amalan kita, spt sabda Rasul berikut :
“Riya menyia-nyiakan amal sebagaimana syirik menyia-nyiakannya. (HR. Ar-Rabii')

Kemudian yg parah lagi...
"Menyukai sanjungan dan pujian membuat orang buta dan tuli". (HR. Ad-Dailami).

“Barangsiapa mencari pujian manusia dengan bermaksiat terhadap Allah maka orang-orang yang memujinya akan berbalik mencelanya. (Ibnu Hibban)

Ada lagi kisah dlm hadist diriwayat Abu Said Al-Khudri ra.:
Bahwa beberapa orang munafik pada masa Rasulullah saw. selalu tidak ikut serta bila Nabi saw. pergi berperang. Mereka bergembira-ria dengan ketidakikut-sertaan mereka bersama Rasulullah saw. Lalu apabila Nabi saw. telah kembali, mereka mengemukakan alasan kepada beliau sambil bersumpah dan berharap mendapatkan pujian dengan apa yang tidak mereka perbuat. Maka turunlah ayat: "Janganlah sekali-kali kamu menyangka, bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan, janganlah kamu menyangka mereka akan terlepas dari siksa". (Shahih Muslim No.4981)

Oleh karena itu banyak para imam salaf yang benci ketenaran. Mereka senang kalau nama mereka tidak disebut-sebut oleh manusia. Mereka senang kalau tidak ada yang mengenal mereka. Hal ini demi untuk menjaga keihlasan mereka, dan karena mereka khawatir hati mereka terfitnah tatkala mendengar pujian manusia.

Allah menegaskan hanya Allah-lah tempat segala pujian, seperti firman-Nya,
“Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang di langit dan apa yang di bumi; hanya Allah-lah yang mempunyai semua kerajaan dan semua puji-pujian; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”.(QS At Taghaabun:1)

SubhanAllah…
Kebaikan dan kebenaran hanyalah semata dari Allah, sedangkan kekurangan adalah dari hamba yang faqir ilmu ini…
Wallahu’alam bisshowwab…

Wasalamu'alaykum Warohmatullahi wabarokatuh...
~Rahayu Ws ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar