Minggu, 13 Juni 2010

-- Catatan Terhadap Syarah Nawaqidhul Islam --- [Bahasan : CATATAN UNTUK PEMBATAL ISLAM PERTAMA]

BANTAHAN KEPADA SYAIKH NASHIR AS-SA’DIY MENGENAI DEFINISI SYIRIK AKBAR



Maka tidak benar apa yang diklaim Syekh Abdurrahman bin Sa'diy ketika mengatakan dalam kitabnya Al-Qoul As-Sadid Syarh kitab Tauhid yang telah dicetak dengan banyak versi. Yang sekarang di hadapanku ini berupa kitab kecil terbitan Maktab Ad-Da’wah fi Britaniya yang merupakan bagian dari seri Rasaa-il Al-Ishlah wal Fiqh No. 27. Ia berkata,

“Batasan dan tafsir syirik akbar yang mencakup macam-macamnya adalah memalingkan salah satu jenis ibadah kepada selain Allah. Setiap keyakinan, ucapan atau amalan yang terbukti diperintahkan oleh Allah ketika dipalingkan hanya kepada Allah semata adalah tauhid, iman dan ikhlas dan ketika dipalingkan kepada selain Allah adalah syirik dan kufur. Engkau harus memegang kaidah syirik akbar ini karena tidak ada satu pun yang keluar darinya.”

Bandingkan definisi ini dengan definisi yang dipahami Abu Bakar yang diriwayatkan oleh Bukhari dengan isnad shahih dalam Al-Adab Al-Mufrad: dari Ma’qal bin Yasar ia berkata: saya bersama Abu Bakar mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Beliau bersabda,
“Wahai Abu Bakar, syirik yang ada pada kalian lebih tersembunyi/halus/samar daripada jejak semut.”
Abu Bakar menyahut,
“Bukankah syirik itu tidak lain adalah menjadikan ilah lain bersama Allah?”
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab,
“Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, syirik itu lebih tersembunyi/halus/samar daripada jejak semut. Maukah engkau aku tunjukkan sesuatu yang apabila engkau kerjakan maka baik syirik itu sedikit maupun banyak pasti akan hilang?”
Beliau melanjutkan,
“Ucapkanlah: Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu sedangkan aku tahu, dan aku meminta ampun kepada-Mu dari dosa yang aku tidak tahu.”

Syirik dalam benak Abu Bakar tidak lain adalah menjadikan ilah lain bersama Allah, sementara beliau sendiri adalah orang Arab dari Quraisy yang fasih bahasanya. Syirik yang terbayang dalam benak Abu Bakar adalah meyakini uluhiyah pada selain Allah. Maksud syirik di sini adalah syirik akbar, syirik kufur.


SISI-SISI KEBATILAN DEFINISI SYIRIK AKBAR DARI SYEKH ABDURRAHMAN BIN SA'DIY



Kebatilan definisi Syekh Abdurrahman bin Sa'diy sangat jelas. Hal itu disebabkan karena:

1) Ia menjadikan keyakinan dan amalan ada pada satu tingkat padahal sudah saya buktikan bahwa keyakinan uluhiyah mendahului definisi ibadah. Sekadar keyakinan murni, itu bukanlah perbuatan, dan tidak bisa disebut ibadah alias bukan ibadah. Namun, ibadah i’tiqadiyah adalah seseorang yang mendekatkan diri kepada sesuatu yang diyakini memiliki uluhiyah dengan keyakinannya tersebut, yakni menjadikan keyakinannya sebagai qurbah (bentuk pendekatan diri), maka ia bukan sekadar tashdiq (pembenaran) atau keyakinan murni.

Seandainya ada seorang yang yakin bahwa uluhiyah itu tidak berbilang dan bahwa yang ada hanyalah ilah yang satu yaitu Allah. Yakni, seandainya ia bersaksi bahwasanya laa ilaaha illallaah maka ia benar dan yang mengatakannya juga benar. Bisa jadi ia adalah pemikir jenius atau ahli filsafat kesohor tetapi ia tidak dinamakan ‘abid (orang yang beribadah), bukan muslim dan bukan pula mukmin dengan iman yang syar’i sebelum ia menjadikan keyakinannya itu sebagai qurbah yang ia persembahkan kepada Allah, untuk mencari wajah Allah.

Definisi Syirik Akbar



2) Bahwa syirik akbar adalah sekadar hanya meyakini bahwa selain Allah memiliki sifat uluhiyah, tanpa melihat apakah ia melakukan amalan atau mengucapkan suatu perkataan –yang bisa disebut ibadah- yang dipersembahkan kepada selain Allah tersebut; atau menjadikan keyakinan apapun sebagai qurbah yang dipersembahkan kepada sesuatu yang diyakini memiliki sifat uluhiyah.

3) Segala perbuatan yang dimaksudkan untuk merendahkan diri dan menampakkan pengagungan, atau mendekatkan diri dan menampakkan kecintaan, atau meminta mendatangkan manfaat dan menolak bahaya, dan menampakkan kefakiran serta merasa butuh kepada orang / sesuatu yang diyakini punya sifat uluhiyah maka itu semua adalah ibadah tanpa melihat apakah semua itu dan yang semisalnya diserahkan kepada Allah dengan dalil syar’i ataupun tidak. Tarian orang-orang musyrik untuk tuhan-tuhan mereka adalah ibadah, padahal Allah tidak diibadahi dengan tarian. Demikian juga tepuk tangan dan siulan. Serta wanita yang menyediakan dirinya untuk disetubuhi kaum lelaki tanpa ikatan pernikahan dalam sebagian upacara yang itu pada sebagian para penyembah berhala di India sebagai ibadah, tetapi itu semua menurut umat Islam bukanlah ibadah. Bahkan yang terakhir ini merupakan perbuatan keji dan dosa besar. Demikian seterusnya.

Hadits Abu Bakar tadi juga membantah definisi syirik asghar yang dikemukakannya. Ia mendefinisikan syirik asghar: setiap wasilah atau sarana yang mengantarkan kepada syirik akbar baik berupa keinginan, ucapan dan perbuatan-perbuatan yang tidak sampai pada derajat ibadah.

Definisi ini batil dari beberapa segi:

1) Definisinya tentang ibadah dan syirik akbar kacau dan batil, sebagaimana kami jelaskan. Dia memasukkan ibadah dan syirik akbar dalam definisi syirik asghar sehingga batasannya tidak bisa diketahui dan tidak jelas. Sehingga kurang bermanfaat.

2) Penamaan syirik asghar (kecil) murni penamaan syar’i dan tidak dikenal oleh bangsa Arab dalam pembicaraan mereka. Ia ada untuk menamakan perbuatan-perbuatan tertentu. Nash-nash tentangnya tidak menyebutkan illat atau beberapa illat yang membolehkan untuk mengkiyaskan kepadanya dengan kiyas yang jelas batasannya sehingga kita boleh menjeneralisir dengan lafal “setiap”. Sehingga kesimpulan dari tindakan menjeneralisir ini adalah menamakan perbuatan-perbuatan tertentu sebagai syirik padahal Allah dan Rasul-Nya tidak menamakannya syirik. Inilah perbuatan membuat bid’ah dalam dien Allah serta bentuk mendahului Allah dan Rasul-Nya dan ini kesalahan yang sangat besar. Sementara mereka menganggap diri mereka sebagai ahli ittiba’ bukan ahli bid’ah. Sampai-sampai ada sebagian mereka yang menghabiskan sebagian besar umurnya hanya untuk memerangi bid’ahnya biji-biji tasbih dan bid’ahnya keluar (khuruj) tiga hari bersama jamaah tabligh?!

-------------
bersambung pada bahasanCATATAN UNTUK PEMBATAL ISLAM PERTAMA insyaAlloh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar