Minggu, 13 Juni 2010

Catatan Terhadap Syarah Nawaqidhul Islam ---

Untuk memahami pembatal Islam yang pertama, yaitu syirik dalam beribadah kepada Allah maka harus memahami paparan di bawah ini sehingga kita akan memahami apa itu syirik yang mengeluarkan dari Islam dan apa syirik yang tidak mengeluarkan dari Islam.

Definisi ibadah


Secara asal bahasa: merendahkan diri (tadzallul), tunduk (khudhu’), patuh (inqiyad) dan taat.

Secara kebiasaan (‘urf) dan istilah menurut orang Arab fush-ha saat turunnya Al-Qur'an seperti dalam perkataan mereka: “fulan beribadah kepada (menyembah) Laata”, “orang-orang Nasrani beribadah kepada Al-Masih”, “Muhammad dan para sahabatnya mencaci tuhan-tuhan kami dan tidak menyembah mereka” maka ibadah dalam pengertian ini adalah kumpulan ucapan dan perbuatan hati, ucapan dan lafal lisan dan amalan anggota badan yang menunjukkan perendahan diri, ketundukan, mempersembahkan pengagungan dan penghormatan; atau menunjukkan kecintaan dan untuk mendekatkan diri; atau untuk mendatangkan manfaat atau menghindarkan bahaya; dan untuk menampakkan kefakiran dan merasa butuh, dan yang semisalnya (semua itu ditujukan) kepada sesuatu yang diyakini ada padanya uluhiyah (sifat ketuhanan). Ini adalah tema pembahasan kita. Jadi, pembahasan kita di sini adalah tentang konsep ibadah dengan makna yang terbatas dan sempit yang bila diarahkan kepada selain Allah akan mengakibatkan kufur akbar dan syirik akbar, yang membatalkan Islam, mengeluarkan dari agama (millah).

Kami tidak membahas ucapan:
- fulan menyukai fulanah sampai derajat penghambaan
- hamba dinar dan hamba dirham (bagi orang yang sangat mencintai harta) yang tidak mesti pelakunya kena hukum syirik dan kufur.
- Ibadah kepada Allah (ibadatullah) sebagaimana yang dibawa oleh syariat penutup ini. Meskipun ini mencakup makna makna ibadah secara istilah dan syar’i, tetapi makna ibadatullah lebih luas dan mendalam sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab ini secara global.

Jadi pembahasan hanya akan terfokus pada makna ibadah secara syar’i saja karena syariat tidak memberikan pengertian baru, berbeda dengan kata shalat misalnya.

Orang-orang musyrik Arab dulu –sebagaimana manusia yang lain- takut pada hewan-hewan buas, perampok, dan ular. Tetapi ketakutan semacam itu tidak disebut ibadah. Namun kebalikan dari itu, ketakutannya kepada Allah atau thaghut (seperti Laata, Manat dan Uzza) disebut ibadah. Ini bukan makna yang hanya dipahami orang Arab fasih saat turunnya Al-Qur'an, tetapi itu juga makna yang dipahami oleh seluruh umat dan bangsa sampai masa kini.

Orang Arab yang fasih ia membedakan antara berdiri untuk mengagungkan kepala suku dengan berdiri untuk mengagungkan sebagian tuhan mereka. Yang kedua disebut ibadah, berbeda dengan yang pertama, ia tidak disebut ibadah.

--------------------
Bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar