Minggu, 13 Juni 2010

Dunia Terlalu Penuh?

Beberapa tahun belakangan ini program KB kembali digalakkan. Bahkan dengan slogan baru. Jika dulu “2 anak cukup” kini pemerintah semakin menganjurkan warganya untuk hanya memiliki 2 orang anak saja dengan slogan “2 anak lebih baik”. Penggalakan kembali program KB ini dilatarbelakangi oleh pesatnya pertumbuhan penduduk Indonesia, bahkan dunia. Pada bulan September 2008 populasi dunia telah terhitung sekitar 6.72 milyar jiwa. Diperkirakan populasi dunia pada tahun 2050 akan mencapai 9 milyar jiwa.

Penduduk dunia mengalami pertambahan jumlah 1,2 persen setiap tahunnya dan menurut BKKBN pertumbuhan penduduk Indonesia mencapai 1,4 persen per tahun1. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini dituduh sebagai penyebab utama tersudutnya dunia ke jurang bencana. Sering dikatakan bahwa dunia ini tengah mengalami over populasi sehingga bumi ini sudah kehilangan kemampuannya untuk menyuplai bahan pangan bagi seluruh penghuninya yang kian banyak. Besarnya populasi dianggap telah menimbulkan ketimpangan global karena sumber daya alam yang ada tidak cukup lagi untuk memenuhi kebutuhan seluruh manusia. Hal inilah yang dituduh sebagai penyebab kemiskinan, kehancuran lingkungan, dan kerawanan sosial. Perekonomian di dunia ketiga dipandang mustahil dapat berkembang selama pertumbuhan penduduknya tidak ditekan. Hal inilah yang membuat lembaga – lembaga internasional dan pemerintahan dunia ketiga semakin kreatif menyusun program – program untuk menekan laju pertumbuhan penduduk2. Persepsi ini muncul akibat diyakininya teori Malthus (1798) yang menyatakan “peningkatan produksi pangan mengikuti deret hitung (2,4,6,8,…) sementara pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur (2,4,8,16,…).

Namun, benarkah dunia telah mengalami over populasi? Juga benarkah besarnya jumlah penduduk yang menghambat keajuan ekonomi dan menyebabkan keterbelakangan Negara – Negara dunia ketiga?

Over populasi merupakan suatu istilah yang terkait dengan perbandingan antara jumlah manusia dan sumber daya alam yeng tersedia untuk memeuhi kebutuhannya. Suatu wilayah dikatakan mengalami over populasi jika sumber daya alam yang ada tidak mampu mencukupi kebutuhan standar masyarakat (papan, sandang, pangan, pendidikan, kesehatan, dll)3.

Fakta dan Analisis

Memang benar bahwa jumlah penduduk dunia sekarang ini sangat besar. Benar pula banyak Negara – Negara di dunia ketiga yang mengalami masalah kemiskinan, bahkan kelaparan. Salah satu dia antaranya adalah Indonesia (berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 34.963.000 jiwa4). Tetapi apakah benar kedua hal tersebut saling berkorelasi?. Jika benar logika yang menyatakan “besarnya jumlah penduduk menghambat kemajuan ekonomi”. Maka, seharusnya China adalah Negara paling terbelakang karena merurut Internasional Data Base (IDB), lima besar Negara dengan jumlah penduduk terbesar berturut – turut adalah China, India, USA, Indonesia, dan Brazil. Tetapi masyarakat dunia pun tahu bahwa saat ini, dengan jumlah penduduknya yang sangat besar itu pun China tetap menjadi Negara maju dan terdepan dalam perekonomian. Demikian pula dengan India dan USA.

Namun sebaliknya, banyak wilayah dengan jumlah penduduk kecil, wilayah luas, dan SDA yang melimpah tetapi terbelakang, miskin, bahkan kelaparan. Contoh paling dekat adalah Papua. Sudah menjadi rahasia umum bahwa tanah Papua memiliki kekayaan alam yang melimpah. Tanah Papua kaya akan sumber daya hutan, laut/sungai, pertambangan mineral, minyak bumi, gas alam, bahkan gunung emas. Jumlah penduduknya pun kecil5. Tapi apa yang terjadi di sana? Masyarakatnya hidup dalam keterbelakangan, bahkan mengalami kelaparan dan gizi buruk. Lalu, apa yang sebenarnya terjadi?

Jika dicermati lebih dalam, sesungguhnya isu “telah terjadi over populasi dunia” adalah isu yang sengaja digulirkan sebagai bagian dari agenda politik Negara – Negara imperialis – kapitalis. Dengan menggulirkan isu tersebut, mereka berusaha untuk menutupi penyebab terjadinya bencana global—kelaparan, kerusakan lingkungan, ketimpangan social, dsb—yang sebenarnya; yaitu keserakahan mereka dalam mengeruk kekayaan alam Negara – Negara dunia ketiga untuk memenuhi gaya hidup mereka yang konsumeris dan untuk mempertahankan cengkeraman hegemoni mereka atas dunia.

Kembali ke contoh Papua. Sebenarnya apa yang membuat masyarakatnya bagaikan anak ayam yang mati kelaparan di atas tumpukan beras? Bukankah karena keserakahan PT. Freeport yang siang – malam mengeruk gunung emas Papua tanpa peduli dengan kesetimbangan ekosistem di sana? Demikian pula yang terjadi di Negara – Negara Afrika. Mereka miskin dan terbelakang bukan karena banyaknya penduduk dan kurangnya SDA tetapi karena penjajahan. Negara – Negara Barat mengonsumsi 81% SDA dunia padahal sebagian besarnya dihasilkan oleh Negara – Negara dunia ketiga2. Sehingga, untuk memenuhi nafsu keserakahannya itu, Negara – Negara Barat menjajah dan menguras kekayaan alam Negara – Negara dunia ketiga seperti Indonesia dan sebagian besar Afrika.

Di sisi lain, kebanyakan Negara – Negara kapitalis (misalnya sebagian besar Negara Eropa) sedang mengalami penurunan populasi yang sangat drastis. Hal ini tentu saja sangat mengancam dominasi mereka atas lembaga – lembaga internasional. Menurut meraka, jika hal ini—pertumbuhan penduduk dunia ketiga terus meningkat sementara pertumbuhan penduduk mereka semakin menurun, red—dibiarkan, maka perbandingan relatif jumlah penduduk mereka dibanding dunia ketiga menjadi sangat kecil dan hal ini akan membuat mereka kehilangan dominasi atas lembaga – lembaga internasional karena Negara – Negara dunia ketiga—dengan jumlah penduduknya yeng besar—menjadi mempunyai hak yang absah untuk menuntut, bahkan memaksakan sesuatu di lembaga internasional. Contoh paling nyata adalah fenomena masuknya Turki ke Uni Eropa. Jika berhasil masuk menjadi anggota penuh Uni Eropa, Turki dengan jumlah penduduk hampir 70 juta orang, akan ‘dianugerahi’ jumlah kursi anggota parlemen Eropa terbesar kedua. Keanggotaan Turki tentu memiliki konsekuensi yang sangat luas bagi arahan masa depan Uni Eropa. Ini adalah salah satu alasan mengapa wakil Perancis, Valéry Giscard d'Estaing menentang keanggotaan penuh Turki2. Isu over populasi dipandang sebagai isu yang sangat tepat untuk merendahkan Negara yang populasinya terus meningkat sambil melindungi sambil melindungi negaranya dari kehilangan pengaruh di lembaga internasional.

Dari fakta yang ada, sesungguhnya dunia ini tidak mengalami over populasi. Hanya saja, Negara – Negara yang kekuatannya tengah mendominasi dunia terlalu rakus mengonsumsi SDA.

Pandangan Islam

Islam memandang banyaknya jumlah penduduk merupakan karunia dari ALLAH yang harus disyukuri. Bahkan Rasulullah bersabda yang artinya “Nikahilah perempuan yang penyayang dan subur, sebab dengan jumlahmu yang banyak aku akan berbangga di hadapan para Nabi pada hari kiamat.” (HR. Ahmad, hadits ke-782 Bulughul Maram).

ALLAH pun telah menjamin bahwa dunia tidak akan pernah mengalami over populasi karena ALLAH-lah yang menjamin rizki untuk setiap makhluq yang Dia ciptakan. Jaminan ALLAH tersebut tersebar di banyak ayat Al – Quran, antara lain “ALLAH-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezki.” (QS. Ar-Rum:40). “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami-lah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar”. (QS. Al Isra’: 31).

Ketiga dalil di atas telah cukup meyakinkan kaum Muslimin untuk tidak mempercayai isu over populasi dunia. Tidak layak bagi seorang Muslim mempercayai isu over populasi hingga berupaya untuk membatasi jumlah kelahiran dengan KB, penundaan usia nikah, dsb. Apalagi jika telah diketahui bahwa isu over populasi merupakan senjata yang digunakan kaum kafir untuk menekan jumlah kaum Muslimin sehingga mereka dapat terus mendominasi dunia. Tidak layak bagi seorang Muslim yag beriman dan berakal tunduk pada arahan kebijakan kaum kafir yang hanya ingin mengokohkan cengkeraman mereka atas dunia Islam.

Yang seharusnya kita lakukan sebagai Muslim adalah meyakini bahwa ALLAH telah menjamin tercukupinya rizqi bagi seluruh makhluq – NYA sambil tetap berupaya secara maksimal agar dapat memenuhi rizqi melalui tangan – tangan kita sendiri, bukan menggantungkannya pada orang lain. Di sinilah tantangan bagi para scientist Muslim untuk dapat mensejahtarakan dunia tanpa harus menekan laju pertumbuhan penduduk. Namun, bukan berarti pula upaya memenuhi rizqi melalui tangan sendiri membuat kita menjadi rakus seperti orang – orang berideologi Kapitalisme yang bersifat boros, tidak pernah merasa puas, konsumeris, mengutamakan gengsi, hedonis, dll karena hal ini bertentangan dengan ajaran Islam “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan”. [TQS. Al-Isra: 26-27]6.

ALLAH juga telah mengharamkan ideologi Kapitalisme yang telah membuat jurang kesenjangan yang sangat lebar antara kaya dan miskin dengan paham kebebasan kepemilikannya. Berbeda dengan ideology Kapitalisme yang membebaskan individu atau corporate mengeksploitasi SDA apa pun dan sebanyak apa pun sehingga menimbulkan kesengsaraan bagi masyarakat luas, Islam membatasi SDA tertentu tidak boleh dikuasai oleh individu atau corporate tetapi dimiliki bersama oleh segenap kaum Muslimin seperti yang dikatakan Rasulullah SAW dalam sebuah hadits “Kaum muslim berserikat dalam tiga hal: air, padang rumput dan api” juga aturan tentang distribusi kekayaan “Supaya harta jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu”. [TQS. Al-Hashr: 7]

Demikianlah, sesungguhnya bencana kemiskinan dan kelaparan yang melanda dunia tidak disebabkan oleh over populasi dan tidak ada kaitannya dengan jumlah penduduk dunia yang besar. Semua itu disebabkan oleh kerakusan Negara – Negara Kapitalis dalam mengeruk SDA dunia dan tidak adanya mekanisme distribusi kekayaan yang adil dalam sistem Kapitalisme. Masalah kemiskinan dan kelaparan dunia hanya dapat diselesaikan dengan menyerahkan masalah tersebut kepada Islam dan membiarkan Islam mengatur tata kehidupan dunia, bukan dengan mengurangi populasi dunia!. ALLAHU A'lam

(Oleh Khafidoh Kurniasih, Mahasiswi Fakultas Farmasi UGM)

Catatan Kaki

1. http://bkkbn.go.id

2. Adnan Khan. Geopolitical Myths. Khilafah.com. Dierjemahkan oleh Rizqi Saputro

3. http: //id.wikipedia.org/wiki/Overpopulasi

4. http: http://www.bkkbn.go.id/popups/printRubrik.php?ItemID=283

5. http://sancapapuana.blogspot.com/2009/04/kube-wadah-pembebasan-kaum-miskin-di.html

6. Fahriana Azmi. Isu Over-Populasi (Makalah Diskusi Progresif Pelajar Sainstek UGM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar