Kamis, 03 Juni 2010

YANG PENTING HATINYA TOH !!!!

Dari Hanzhalah Al-Usaidi Radhiallahuanhu, ia berkata . “ Abu Bakar menjumpaiku, lalu berkata, ‘ Bagaimana keadaanmu, Hanzhalah ?’
‘Hanzhlah telah munafik,’Jawabku.
‘ Subhanallah apa yang kau katakan ?’ Tanya Abu Bakar.
‘ Ketika kita bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam, beliau mengingatkan kita dengan neraka dan surga hingga seolah-olah kita melihatnya di depan mata. Tetapi apabila kita meninggalkan majelis Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam, kita bermain-main lagi dengan istri dan anak-anak kita. Banyak yang kita lupakan’.
‘Demi Allah, kita mengalami hal yang sama’.
Aku bersama Abu Bakar lalu pergi menjumpai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam. Aku berkata, ‘ Wahai Rasulullah Hanzhalah telah munafik’.
‘Apa yang terjadi?’ Tanya beliau.
‘Wahai Rasulullah, ketika kami berada di dekatmu, engkau mengingatkan kami dengan neraka dan surga sampai seolah-olah kami melihatnya di depan mata. Dan ketika kami pergi dari hadapanmu, kami kembali bersenang-senang dengan istri, anak-anak dan pekerjaan kami, banyak yang kami lupakan.’
‘Demi yang jiwaku ada di tangan-Nya, sesungguhnya jika kalian terus menerus berada dalam kondisi sebagaimana saat kalian berada di hadapanku, dan terus menerus berzikir, mak malaikat aka menjabat tangan kalian di tempat tidur kalian, di jalan kalian. Akan tetapi wahai Hazhalah, sesaat begini dan sesaat begitu.’ (dalam Tuhfatul Ahwadzi disebutkan, maknanya seseorang tidak menjadi munafik meski keadaannya terkadang bersemangat dan terkadang lesu. Yang ketika semangat kalian menunaikan hak-hak Rabb kalian dan ketika lesu kalian mencari kemakmuran diri kalian sendiri)
Beliau mengulangi kalimat,’Sesaat begini dan sesaat begitu’. Sebanyak tiga kali.

Tidak mengapa mengerjakan ‘sedikit’ hiburan yng mubah untuk meriangkan jiwa. Nabi Shalallhu ‘alaihi wa salam juga pernah bercanda tetapi tidak berkata kecuali kebenaran. Beliau menyuruh pengendara yang lain untuk berjalan terlebih dahulu lalu beliau berpacu dengan Aisyah Radhiallahuanhuma. Beliau bersabda : “Orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah orang yang paling baik di antara kalian kepada keluargaku.”
Salman berkata kepada Abu Darda’: “ Sesungguhnya Rabbmu memiliki hak terhadap dirimu, dirimu sendiri juga berhak terhadap dirimu, keluargamu juga mempunyai hak terhadap dirimu, maka tunaikanlah kepada setiap pemilik hak akan haknya.”
Nabi Shalallahu ‘alaihi wasalam adalah seorang yang selalu berseri-seri wajahnya, senang tertawa dan tersenyum. Beliau meminta perlindungan kepada Allah dari kesusahan dan kesedihan. Demikian juga para shahabat beliau Radhiallahuanhu, mereka bercanda, tertawa, bermain dan bergurau.
Ali bin Abi Thalib Radhiallahuanhu berkata, “ Sesungguhnya hati itu mengalami kebosanan, sebagaimana tubuh mengalami kejenuhan. Maka, teduhkanlah ia dengan untaian hikmah.”
Beliau juga berkata, “ Riangkanlah hati sesaat lalu sesaat lagi. Karena hati itu jika dipaksa, ia menjadi buta.”

Abu Darda’ Radhiallahuanhu berkata, “Sesungguhnya aku mengistirahatkan jiwaku dengan sedikit kebatilan (maksudnya hiburan yang mubah) agar ia lebih kuat untuk menegakkan kebenaran.” Semua itu tidak apa-apa dan tidak mengakibatkan dosa. Yang mengakibatkan dosa bila kehidupan manusia hanya berisi kesia-siaan dan permainan saja, atau ia tersibukkan dengan permainan itu sehingga tidak mengerjakan kewajiban, berkelakar pada kondisi serius, hingga terlalaikan dengan maksiat dan keharaman. Oleh karena itu, kita tidak merasa aneh bila sesudah itu seseorang hidup dengan dua wajah. Satu wajahnya menghadap ke arah masjid yang dalamnya berisi perintah-perintah takwa dan tanda kesalehan, sedang wajah yang kedua menghadap ke arah riya’, menginginkan ketenaran palsu, meyingkapkan aurat dan bersikap loyal kepada orang-orang yang memusuhi Islam.

Sering kita mendengar “ Yang Penting Hatinya” diucapkan hampir semua orang, baik kaum pria maupun wanita. Terutama apabila seorang memperingatkan pada perkara yang berkaitan dengan petunjuk (agama) yang lahir, seperti menutup aurat hingga perintah shalat. Mereka berkilah bahwa selama hati itu bersih dan suci, hal itu sudah cukup. Bahkan, mereka berdalih atas apa yang mereka lakukan dan ucapkan dengan sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam, “ Bahwasanya amalan itu bergantung pada niat, dan bahwasanya setiap orang akan mendapatkan sesuai apa yang ia niatkan.”
Sabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wa salam,” Sesungguhnya Allah itu tidak memandang wajah dan harta kalian, akan tetapi hanya memandang hati dan amalan kalian.”
Kita tidak mengingkari urgensi niat dan pengaruhnya bagi seluruh amalan, baik agama maupun dunia. Niat yang menjadikan amalan itu lemah, diterima atau tidak. Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman,”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus..”(Al-Bayyinah:5).
Dalam sebuah hadist disebutkan : ”Barangsiapa yang ingin berbuat baik tetapi dia tidak mengamalkannya maka dicatat satu kebaikan untuknya.”
Dalam hadist yang lain disebutkan : “ Apabila dua orang muslim bertemu dengan menghunuskan pedang, maka yang membunuh dan yang dibunuh semuanya masuk neraka.” Aku (Abu Bakrah) bertanya,” Wahai Rasulullah, ini yang membunuh, tetapi mengapa yang dibunuh?” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam menjawab, “ Karena ia ingin membunuh temannya itu.”
Pada hadist yang pertama, seseorang mendapatkan pahala dengn niatnya. Sedangkan pada hadist yang kedua, seseorang masuk neraka karena niatnya. Sebaliknya, amal ketaatan yang tidak disertai dengan niat yang baik akan berubah menjadi maksiat yang mengakibatkan dosa dan siksa.

Kepada mereka yang berkeyakinan dengan slogan “Yang Penting Hatinya”, bersegeralah kembali kepada ajaran yang terdapat dalam Al-Qur’n dn As-Sunnah. Bahwa seharusnya amalan dan niat tidak dapat dipisahkan. Amalan itu harus sesuai syariat. Karena bagaimana mungkin hati bisa sehat dan benar bersama amalan yang disertai maksiat dan berbagai pengingkaran?!?!...
Saduran dari tulisan Dr Said Abdul Azhim -----

Tidak ada komentar:

Posting Komentar